OLEH: MOCH EKSAN*
PARA penentang Anies Rasyid Baswedan semula berkeyakinan kharisma politiknya akan meredup setelah tak menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pasca purnatugas pada Minggu, 16 Oktober 2022, karier Anies diperkirakan berlahan akan sirna bersamaan dengan berjalannya waktu. Apalagi, mereka telah menyiapkan amunisi yang cukup untuk menyerang dan mengamputasi melalui sejumlah dugaan kasus korupsi yang ditangani oleh KPK.
Tapi rupanya, skenario ini tak berjalan efektif. Malahan Anies setelah dideklarasikan oleh Partai NasDem sebagai calon presiden pada Senin, 3 Oktober 2022, semakin menguat. Safarinya ke berbagai daerah mendapatkan sambutan luar biasa dari rakyat, sekaligus penolakan dari spanduk yang dipasang oleh orang tak dikenal.
Salah Prediksi
Upaya yang menganggu safari Anies semakin kentara. Ada yang memasang spanduk penolakan kedatangannya di daerah yang dikunjungi. Ada pencabutan izin penggunaan tempat acara yang akan digelar. Ada pula, pelemparan telur busuk di arena acara yang dilalui.
Anies nyata-nyata telah menjadi "ancaman" bagi rezim penguasa dan gangnya yang ingin melestarikan kekuasaan. Mereka mengendorse calon presiden selain Anies demi kesinambungan pembangunan yang telah dirintis.
Yang paling dikhawatirkan, keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menjadi legacy 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Para pendukung maupun para penentang Anies, sesungguhnya sama-sama salah prediksi. Sambutan rakyat ternyata penuh euforia dan histeria massa atas kehadiran pemimpin yang penuh harapan.
Kunjungan di Medan, Yogyakarta, Ciamis, Palu, Aceh dan lain sebagainya, selalu memberikan pesan, ia pemimpin masa depan yang benar-benar dirindukan oleh rakyat.
Rakyat yang menyambut kedatangan Anies dengab rela menunggu lama, berdesak-desakan, keluar biaya sendiri, dan sekadar ingin bertemu dengan tokoh pujaannya.
Mereka ingin digolongkan pada kelompok yang memperjuangkan perubahan. Hal itu ditandai dengan sah melalui jabat tangan dan foto selfie bersama calon presiden Nasdem tersebut.
Meminjam istilah Diva termahal Indonesia, Syahrini, Anies telah menjadi "sesuatu" dalam jagad politik Nusantara. Ia telah menjadi "syaiun adhim'" (sesuatu yang besar), yang satu sisi menjadi harapan bagi masa depan loversmania, dan sisi lain menjadi ancaman bagi masa depan hatersmania.
Hasil Survei
Tren suara Anies meningkatkan tajam. Hampir semua lembaga survei menemukan kecenderungan kenaikan tersebut, data Charta Politika Indonesia yang lebih berpihak pada calon presiden selain Anies.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, juga merilis hasil survei yang menempatkan Anies nomor dua di atas Prabowo Subianto dan di bawah Ganjar Pranowo. Kini, elektabilitasnya 23,1 persen. Ganjar 32,6 persen. Dan Prabowo 22 persen.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia yang lebih independen dan tak bias kepentingan calon presiden menemukan hasil yang menunjukkan elektabilitas Anies dan Ganjar lebih tipis daripada hasil survei Charta Politika di atas.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, menyebutkan elektabilitas Anies 33,2 persen dan Ganjar 33,9 persen. Selisih keduanya, 0,7 persen. Sementara, Prabowo lebih jauh. Elektablitasnya 23,9 persen.
Perbedaan hasil survei antara Charta Politika dan Indikator bisa dimengerti. Sebab, waktu pelaksanan survey yang berbeda dan sampel yang berbeda pula.
Lembaga konsultan politik milik Wijaya ini melaksanakan survei pada 4-12 November 2022 dengan sampel sebanyak 1.220 responden dari 34 Provinsi dengan metode wawancara tatap muka.
Sedangkan, lembaga survei Muhtadi melakukan survey pada 30 Oktober 2022 sampai dengan 5 Nopember 2022 dengan sampel sebanyak 1.220 responden dari 34 Provinsi dengan metode tatap muka langsung.
Mulai Diunggulkan
Berbeda halnya dengan hasil survei di atas, Indopol dan Lembaga Median justru menemukan hasil survey bahwa Anies sudah lebih unggul daripada Ganjar. Nasdem effect dan Anies effect sama-sama dirasakan saling menguntungkan sekaligus saling diuntungkan satu sama lain.
Indopol mencatat, Anies lebih unggul atas Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Tiga calon kuat presiden ini secara berurutan, Anies 25,09 persen, Ganjar 22,03 dan Prabowo 13,50 persen.
Direktur Eksekutif Indopol, Ratno Sulistiyanto, berasumsi bahwa lonjakan kenaikan hasil survey Anies dari 16,42 persen pada Juni 2022 ke 25,09 persen pada November 2022, tak lepas dari momentum deklarasi Anies oleh Nasdem sebagai calon presiden.
Anies effect juga dirasakan betul oleh keluarga besar Nasdem. Hasil survei Lembaga Median pada 9-14 November 2022 mencatat kenaikan elektabilitas Nasdem dari 4,5 persen pada Maret 2022 menjadi 7,4 persen pada November 2022.
Direktur Eksekutif Lembaga Median, Rico Marbun, menangkap faktor utama kenaikan elektabilitas Nasdem karena figur Anies sebagai calon presiden yang diusungnya.
Ini berarti, keputusan Surya Paloh mendeklarasikan Anies lebih awal, serta program safari politik ke berbagai daerah, adalah benar adanya. Anies dan Nasdem sama-sama meraup barakah secara simbiosis mutualisme.
Naga-naganya, insting Paloh sekarang juga betul, seperti pada saat mencalonkan Jokowi. Bahwasannya, Penerus Presiden Jokowi tiada lain adalah Presiden Anies yang kurang dikehendaki oleh Istana Merdeka.
*(Penulis adalah Pendiri Eksam Institute)