GELORA.CO - Meutia Hatta, putri proklamator Mohammad Hatta, menyerap banyak ajaran dari sang ayah.
Semua yang baik diserap untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu diungkapkan Meutia Hatta saat acara talkshow Memilih Damai, Kamis (8/12/2022).
Acara itu diselenggarakan Tribun Network melalui Tribunnews,com dan Warta Kota Network, anak usaha Kompas Gramedia Grup.
Tema talkshow tersebut adalah Membedah Genealogi Presiden dari Masa ke Masa, Mesti Darah Jawa kah? digelar di Universitas Al Azhar Jakarta, Jalan Sisimangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Selain Meutia Hatta, hadir pula Dekan FISIP Universitas Indonesia, Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si, Dekan FISIP Universitas Al Azhar, Heri Herdiawanto, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu dan Founder Lingkar Madani Ray Rangkuti.
Moderatornya Pemimpin Redaksi Warta Kota, Domu Ambarita dan host Paramitha Soemantri
Dalam kesempatan itu Meutia Hatta menyampaikan tentang warisan yang diberikan kepada anak-anaknya.
Warisannya adalah orang Indonesia harus menjadi tuan di negeri sendiri.
Maksudnya adalah Pancasila adalah nilai budaya dan kebudayaan nasional yang digunakan orang Indonesia dalam berinteraksi dalam kerkehidupan dan berkembangsaan.
Sebab itu, Pancasila harus ada di dalam jiwa sebagai akhlak.
"Mau jadi tokoh politik atau pejabat harus tahu UUD 45 dan Pancasila. Setiap individu mempunyai kemampuan diri sendiri. Orang hukum dapat belajar ekonomi dan tata negara, sehingga tahu apa yang harus dilakukan bila mengelola negara," kata Meutia.
Memikirkan Orang Kecil dan Sayang Hewan
Meutia juga menyampaikan warisan Bung Hatta lainnya adalah memikirkan dan menghormati orang kecil. Sebab, tanpa orang kecil sebuah bangsa atau perusahaan tak akan berarti.
Salah satu contoh yang diberikan Bung Hatta adalah jangan menawar saat membeli buah di tukang buah. Sebab, hal itu tidaklah manusiawi.
Alasannya para petani harus bersusah payah menanam dari bumi sendiri dan membuat buah itu enak di makan.
"Saat kecil kami diajari bahwa kami harus menghormati orang kecil. tanpa mereka kita tidak bisa. Jadi yang diajarkan itu adalah memikirkan orang kecil dan sayang kepada hewan," ujar Meutia Hatta.
Dijodohkan Bung Karno
Meutia juga menyebutkan bahwa saat Mohammad Hatta berusia 8 bulan telah yatim. Sebab itu, sang ibu harus menikah lagi lantaran mempunyai dua anak-anak yang masih kecil.
Ayahnya yang telah meninggal berdarah Minang, sedangkan ayah tirinya berdarah Palembang. Kemudian orangtua Bung Hatta merupakan pengusaha ekspedisi di zaman Belanda.
Namun, kendaraan yang digunakan adalah kuda. Sebab, saat itu belum ada motor dan mobil. Lalu, karyawannya dari berbagai suku bangsa.
Bung Hatta belajar berdagang. Lalu, memperdalam ilmu berdagang dengan sekolah di Batavia dan Rotterdam, Belanda.
Di Batavia dan di Belanda sang proklamator bergabung dengan berbagai suku bangsa.
Saat di Belanda Bung Hatta mendorong Arnold Monomutu dari Manado untuk memilih Indonesia dan memperjuangkan Indonesia untuk merdeka.
Sebab, bila Indonesia merdeka, maka Banga Indonesia menjadi tuan di negeri sendiri dan dapat menjadi pemimpin di negeri sendiri.
"Lantaran Arnold memilih Indonesia, maka Bung Hatta dan teman-temannya urunan membantu kehidupan keluarga Arnold. Sebab, Belanda mengambil kekayaan keluarganya lantaran tak mendukung Belanda," tuturnya.
Selain hal itu, lanjut Meutia, istri Bung Hatta, Rachmi Hatta adalah berdarah Aceh dan Purworejo.
Oleh sebab itu, Bung Hatta sudah terbiasa dengan kemajemukan suku bangsa atau Bhineka Tunggal Ika.
"Ayah saya Bung Hatta bersumpah tak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Soekarno kemudian menjodohkan Bung Hatta sebelum memproklamatorkan kemerdekaan. Masa Wakil Presiden tak mempunyai istri," ungkap mantan Menteri PPPA era Presiden SBY.
"Bung Karno lalu menjodohkan Bung Hatta yang kala itu berusia 30 tahun dengan Rachmi yang saat itu berusia 19 tahun. Kenapa muda, karena istri Bung Karno, Fatmawati masih muda dan cantik," kata Meutia Hatta.
Sumber: wartakota