GELORA.CO - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum berencana menutup Kereta Api atau KA Argo Parahyangan saat Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) beroperasi. Sebab, Kemenhub menilai jalur kedua kereta tersebut berbeda.
Kalau kedua kereta tersebut beroperasi bersamaan, mana kira-kira yang bakal lebih dipilih masyarakat?
Pengamat kebijakan publik, Trubus Hardiansyah, menganggap adanya kereta cepat itu nantinya bakal kurang efektif. Selain sudah ada KA Argo Parahyangan, kata Trubus, Jakarta ke Bandung juga bisa dijangkau dengan mobil.
Trubus menganggap ketidakefektifan kereta cepat tersebut juga karena pemberhentiannya di Padalarang. Sedangkan KA Argo Parahyangan bisa langsung turun di Bandung.
“Sementara kalau naik mobil, justru sampai Bandung. Yang menjadi masalah seperti itu, Padalarang-Bandung itu jauh, harus naik KA Feeder,” kata Trubus saat dihubungi kumparan, Minggu (11/12).
Trubus menegaskan mayoritas masyarakat ingin sampai di Bandung secara langsung atau tidak melalui transit. Untuk itu, ia menilai masyarakat sudah pasti memilih KA Argo Parahyangan.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, merasa sudah ada segmen masyarakat yang disasar dari kedua kereta tersebut. Ia menyebut KA Argo Parahyangan cocok untuk masyarakat menengah ke bawah dengan tiket kisaran Rp 80.000 sampa Rp 150.000.
“Itu pun sudah door to door city, masuk ke kota langsung. Kalau KCJB segmennya beda, menengah ke atas sebesar Rp 250.000, jelas mahal,” ujar Deddy.
Deddy menilai masyarakat Jakarta Timur dan Karawang yang lebih padat akan memilih KCJB. Apalagi, masyarakat Jakarta Timur bisa berangkat melalui Stasiun Halim.
“Padalarang juga ada Kota Bandung Baru, bisa lewat juga di sana. Harus kreatif tim marketingnya, misal bisa dibangun shopping di sana,” terang Deddy.
Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Mohamad Risal Wasal, memastikan belum ada rencana untuk menutup KA Argo Parahyangan dalam jangka dekat dan jangka menengah.
Risal menilai pangsa pasar pada dua kereta tersebut juga berbeda.
“Itu akan tetap hidup sampai kita lihat hasil kajian kita seperti apa nanti, karena Argo Parahyangan untuk penumpang, bukan untuk barang,” kata Risal, Kamis (11/12).
Sumber: kumparan.