Mengenal Sesar Baribis yang Disebut Berpotensi Mengancam Jakarta dan Sekitarnya

Mengenal Sesar Baribis yang Disebut Berpotensi Mengancam Jakarta dan Sekitarnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Sesar Baribis disebut-sebut merupakan sesar aktif yang berpotensi mengancam wilayah Jakarta dan sekitarnya. Meskipun, dari kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung terkait sebaran episenter gempa bumi di wilayah Jawa Barat, Sesar Baribis merupakan sesar utama di utara Jawa Barat.

Dalam kajian yang diterbitkan pada bulan April 2022 lalu, Sesar Baribis ini terdeteksi di daerah Kadipaten, yaitu tepatnya di Desa Baribis, di mana ditemukan sejumlah bidang sesar dan struktur sesar minor yang memotong tubuh batu-gamping. Sementara, gempa bumi signifikan yang bersumber dari sesar ini salah satunya terjadi pada tahun 1862 di Karawang.

Lalu, bagaimana penjelasan BMKG terkait Sesar Baribis yang disebut-sebut dapat mengancam ini?

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, pada 1996 ada dua orang peneliti Geologi yaitu Barber dan Simanjuntak yang menerbitkan sebuah publikasi ilmiah bahwa ada sebuah mekanisme sesar naik berarah dari Purwakarta sampai Serang.

“Dan itu menunjukkan jalur yang melewati Bekasi dan selatan Jakarta. Nah, saat itu masih menjadi tanda tanya besar masih pro dan kontra,” kata Daryono dalam keterangannya, Rabu (14/12/2022).

Namun demikian, kata Daryono, seiring waktu BMKG terus merapatkan jaringan monitoring gempa, dan ternyata mendapati adanya aktivitas gempa di jalur tersebut, khususnya di segmen timur antara Bekasi dan di Purwakarta.

“Salah satu contoh adalah gempa Bekasi yang terjadi pada tanggal 10 Desember 2019, ini berkekuatan 3,2 dan ini pusatnya di Cibarusah Bekasi. Dan masyarakat juga merasakan getaran itu, sehingga cukup membuat panik juga waktu itu. Kemudian pada tanggal 4 Januari 2021 itu gempa berkekuatan 2,4, ini berpusat di Jonggol,” ungkap Daryono.

Daryono menambahkan, menarik sekali bahwa ternyata jalur sesar yang digambarkan oleh Barber dan Simanjuntak tahun 1996 ada gempanya dan aktif. Sehingga, menarik tim ahli dari Institut Teknologi Bandung yang memanfaatkan data BMKG serta menggunakan alat sensor gempa untuk mendeteksi gempa di sesar ini.

“Ada sekitar 10 aktivitas gempa pada tahun 2019 sampai 2021. Dan itu gempa tidak besar, berkekuatan 2,3 dan 3,1. Namun, itu berada di jalur sesar yang digambarkan oleh Barber dan Simanjuntak pada tahun 1996,” ungkap Daryono.

“Artinya, ada sebuah bukti bahwa memang sesar yang dimaksud oleh Barber dan Simanjuntak itu aktif. Ini yang antara Bekasi dan Purwakarta ya,” tambahnya.

Meskipun, kata Daryono, untuk sebelah barat Bekasi, yakni Jakarta sampai ke Serang tidak terdeteksi ada aktivitas gempanya. “BMKG sama sekali tidak pernah mencatat gempanya. Tapi hasil monitoring penelitian tersebut ada sebuah peningkatan kompresi yang ada di selatan Jakarta dan itu diduga itu sebagai sebuah zona kuncian sesar dan sedang terjadi akumulasi,” katanya.

“Nah, terkait dengan informasi hasil kajian ini maka secara geofisika sesar ini terbukti aktif ya, tetapi seperti apa rincian jalur sesarnya itu belum dapat (diketahui). Baru tim ahli geologi saat ini sedang memetakan itu dan kita tunggu hasilnya sehingga terkait mana-mana yang dilewati jalur sesar itu, lebih baik kita menunggu hasil kajian ilmiah terkait,” tambahnya.

Sementara itu, Daryono mengatakan untuk bisa mengestimasi besaran gempa yang terjadi, sangat tergantung pada panjang segmen sesar tersebut. “Sementara ini oleh tim geologi dan tektonik sedang dilakukan penelitian detail panjang segmen ini,” ujarnya.

“Nah, kalau panjang segmen sudah diketahui ada berapa diantara Serang hingga Purwakarta, maka segmen ini bisa dikorelasikan dengan magnitudonya. Harapan kita segmen ini tidak panjang, sehingga rilis energinya tidak terlalu besar,” katanya.

Daryono pun meminta kepada masyarakat agar tidak panik dan berlebihan mengenai informasi yang beredar terkait Sesar Baribis ini. Mengingat, saat ini masih dilakukan kajian lengkap terkait Sesar Baribis ini.

“Apa yang terjadi saat ini, masyarakat tidak perlu panik dan berlebihan ya, karena memang ini masih menjadi kajian dan masyarakat tidak perlu merespon dengan kepanikan. Jadi kita tunggu hasil kajian yang komprehensif, sehingga kita bisa lebih banyak melakukan penilaian-penilaian terhadap potensi ini,” ujarnya.

Sumber: okezone.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita