GELORA.CO -Kunjungan safari Anies Baswedan di Provinsi Aceh selama dua hari kemarin, menyisahkan cerita tidak mengenakkan.
Kantor DPW Partai NasDem sekaligus lokasi safari Anies Baswedan dilempar kaos, telur busuk dan celana dalam oleh orang tak dikenal (OTK).
Selain di kantor partai, diketahui juga lapangan bola kaki Desa Pango, tempat dilakukan jalan sehat Anies juga dilempari telur busuk. Beruntungnya, panitia menyadari hal ini lebih cepat dan membersihkannya.
Pengakuan dari Ketua DPW Nasdem Aceh Teuku Taufiqulhadi mengungkapkan kantornya dan lokasi masih berupa orang tidak dikenal (OTK).
Kata dia, panitia dan penjaga kantor yang lebih cepat mengetahui hal tersebut sebelum acara belum berlangsung. Bahkan ia pun menyebut tindakan ini belum pernah terjadi dalam kegiatan perpolitikan di tanah rencong ini.
Teuku pun memastikan jika politik lempar telur, kaos dan celana dalam busuk ini ialah permainan politik di Aceh. Tindakan itupun sudah dilaporkan pada pihak keamanan.
Menanggapi hal ini, Pengamat Tata Negara Refly Harun menilai polisi harus bertindak. Peristiwa ini tidak harus menunggu laporan dari yang merasa dirugikan.
Namun, polisi harus bertindak karena peristiwa tersebutlah yang merupakan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan.
"Jika ini benar, harus ditangkap. Bukan orang yang mengkritik yang ditangkap. Pelaku ini yang benar-benar harus ditangkap karena jelas-jelas menganggu ketertiban dan keamanan umum. Tidak harus menunggu laporan," ujar ia di chanel YouTube miliknya.
Usai membaca pemberitan, Harus memastikan jika peristiwa ini bukan hanya ujian, namun harus diproses ke jalur hukum."Ujian, ujian, namun tetap saja ini perbuatan kriminal," sambung ia.
Bahkan menurut Refly, kekinian ia tidak pernah mendengar penguasa kekuasaan politik yang mempersilakan setiap orang berpolitik dengan aman dan nyaman.
"Saya gak pernah dengar dari kekuasaan saat ini, misalnya berkata 'jangan melarang mereka yang bertemu rakyat'," sambung Refly.
Refly pun memastikan jika cara ini merupakan politik kotor. Dia pun menduga kuat jika pelaku ialah orang bayaran.
"Pelaku lapangan, bukan orang sesungguhnya. Kalo orang bayaran, tergantung suruhan. Bisa jadi bukan kehendak mandiri dia, namun ada stuktur yang menyuruh dengan iming-iming fasilitas," bebernya.
Refly mengungkapkan perbedaan orang yang menyuruh dan pelaku lapangan. Keduanya memiliki perbedaan motif.
"Bedakan pelaku yang punya motif, atau dibalik layar. Itu jelas," sambung dia.
Dia pun mengajak sobat-panggilan pengikut media sosialnya agar bisa berfikir bijaksana jika ada yang menuduh jika politik ini malah diciptakan oleh partai pendukung Anies Baswedan.
Sumber: suara