GELORA.CO -Pernyataan Ketua Umum Partai Republik Satu Mischa Hasnaeni Moein atau dikenal dengan "Wanita Emas", yang membalik laporan sebelumnya atas dugaan pelecehan oleh Ketua KPU RI Hasyim Asyari menjadi bukti bahwa tantangan Penyelenggara Pemilu sangat besar.
Adapun Ketua KPU RI Hasyim Asyari dilaporkan oleh kuasa hukum Hasnaeni Moein, Farhat Abbas atas dugaan pelecehan. Tetapi, laporan itu dibantah sendiri oleh Hasnaeni dengan menyatakan laporan itu tidak benar.
Dalam pandangan Dosen Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Hifdzil Alim, laporan terhadap Hasyim bisa dianggap sebagai upaya membunuh karakter penyelenggara pemilu.
"Itu pembunuhan karakter. Sangat jelek untuk kualitas demokrasi," ujar Hifdzil Alim kepada wartawan, Rabu (28/12).
Dikatakan Hifdzil, Hasnaeni boleh saja kecewa karena partai yang dia pimpin tidak lolos sebagai peserta Pemilu Serentak 2024.
Tetapi, lanjutnya, kekecewaan itu baiknya diekspresikan dengan jalur yang tepat. Bukan malah menebar ungkapan untuk merusak kareakter seseorang.
"Tapi sebaiknya cara-cara pembunuhan karakter itu tidak boleh dilakukan. Kita semua perlu menjaga (kualitas) demokrasi. Bukan malah menghancurkannya," tuturnya.
"Jika tidak lolos, gunakan mekanisme yang disediakan oleh UU Pemilu. Itu lebih fair," pungkasnya.
Sumber: RMOL