GELORA.CO - Wakil Ketua Umum DPP PPP, Arsul Sani, menegaskan bahwa partainya tidak risau melihat hasil survei SMRC yang menyebut PPP tidak lolos ambang batas parlemen untuk Pilpres 2024 mendatang. PPP dalam survei hanya meraih angka 2,9 persen.
Arsul menegaskan, dengan adanya hasil tersebut justru dijadikan partai berlambang Kabah untuk melecut kader untuk fokus bekerja menghadapi Pemilu 2024.
"Kami tidak terlalu risau dengan hasil survei, termasuk dari SMRC. Tentu hasil survei itu kami ambil positifnya, yakni untuk melecut struktur dan kader partai melakukan kerja-kerja elektoral dengan lebih baik lagi. Termasuk mempersiapkan caleg-caleg di segala tingkatan yang siap berkontestasi," kata Arsul saat dihubungi, Senin (19/12/2022).
Arsul mengatakan, PPP memang sudah biasa disebutkan tak akan lolos ambang batas parlemen. Hal itu, kata dia, sudah terjadi sejak 2004 silam.
"Maka PPP selalu diprediksi tidak lolos PT. Ini setidaknya sudah berlangsung di 3 pemilu terakhir. Tapi faktualnya PPP masih survive di parlemen hingga pemilu 2019 karena hasil real pemilunya tidak seperti hasil lembaga survei," tuturnya.
Menurutnya, pada periode pemilu 2009 sampai 2019 kemarin PPP selalu mendapatkan musibah. Namun hasil menunjukan PPP tetap lolos ke Senayan.
Untuk Pemilu 2024 ini, pihaknya sesumbar justru kondusif dan siap bertarung.
"Padahal selama periode 2014-2019 itu PPP banyak mengalami musibah, mulai dari konflik internal yang mengoyak struktur partai sampai tingkat kabupaten/kota," tuturnya.
"Nah justru menghadapi pemilu 2024 ini kondisi PPP malah kondusif sekali, konsolidasi kepartaian berjalan sampai dengan tingkat ranting atau kelurahan. Juga tidak ada musibah atau kebijakan yang aneh-aneh seperti pada periode sebelumnya. Logical thinkingnya PPP terbuka untuk rebound setidaknya seperti pada posisi pemilu 2014," sambungnya.
Hasil Survei
Sebelumnya Saiful Mujani Reserach and Consulting (SMRC) merilis hasil survei teranyar terkait elektabilitas partai peserta Pemilu 2024. Berdasar hasil survei tersebut, PDI Perjuangan atau PDIP diklaim masih berada di posisi pertama dengan angka persentase dukungan mencapai 24,1 persen.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani menyebut di posisi kedua diduduki Golkar dengan angka persentase dukungan sebesar 9,4 persen. Sedangkan di posisi ketiga ditempati Gerindra dengan dukungan mencapai 8,9 persen.
"Jika Pemilu diadakan sekarang, PDIP mendapat dukungan terbesar, 24,1 persen; disusul Golkar 9,4 persen; Gerindra 8,9 persen; Demokrat 8,9 persen; PKS 6,2 persen; PKB 6,1 persen; Perindo 4,6 persen; Nasdem 3,2 persen; PPP 2,9 persen; dan PAN 1,7 persen. Sementara partai-partai lain mendapat dukungan di bawah 1 persen," kata Deni dalam keterangannya, Minggu (18/12/2022).
Apabila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2019 lalu, lanjut Deni, persentase angka dukungan terhadap PDIP dan Demokrat mengalami peningkatan. Sedangkan partai lain cenderung mengalami penurunan.
"Dibanding hasil Pemilu 2019 lalu, dukungan kepada PDIP naik dari 19,3 persen menjadi 24,1 persen. Elektabilitas Demokrat juga sedikit naik dari 7,8 persen menjadi 8,9 persen, atau relatif stabil," jelasnya.
Kendati begitu, Deni menegaskan setiap partai politik masih memiliki peluang untuk meningkatkan elektabilitasnya. Sebab dari hasil survei yang dilakukan, masih ada sekitar 20,9 persen responden yang belum menentukan pilihan.
Sumber: suara