GELORA.CO -Arief Poyuono secara blak-blakan meminta Presiden Joko Widodo untuk lebih berhati-hati tahun 2023 mendatang. Pasalnya Arief menyebut Jokowi akan menghadapi pengkhianatan besar pada tahun tersebut.
Hal ini seperti diungkap Arief di kanal YouTube Total Politik. "Tahun 2023 itu adalah tahun pengkhianatan bagi Kangmas Jokowi," ujar Arief, dikutip pada Rabu (28/12/2022).
Menurut Arief, Jokowi saat ini seperti masih di atas angin dengan mengumbar kriteria calon presiden idealnya. Hal ini ternyata tidak lepas dari "catatan hitam" koalisinya yang dipegang Jokowi.
"Menurut isu-isu dan rumor-rumor, banyak parpol-parpol yang tersandera oleh Kangmas Jokowi. Artinya semua punya dosa. Sehingga Pak Jokowi selalu dengan enaknya, ngomong dimana-mana, tentang kriteria presiden, ada yang rambut putih, ada yang sudah punya prestasi, sampai ada relawannya Projo ikut-ikutan," kata Arief.
Menurutnya saat ini pemerintah seolah masih satu suara untuk menjegal Anies Baswedan maju ke Pemilihan Presiden 2024.
"Tapi nanti di injury time, itu terjadilah yang namanya pengkhianatan, artinya nggak manut lagi sama Pak Jokowi. Apalagi nanti sudah didaftarin ke KPU, nah udah, sudah nggak pada lagi loyal sama dia," tegas Arief.
"Pada saat sudah ada capres-capresnya, di situlah bisa disebut sudah pemerintahan demisioner. Nggak mungkin lagi mereka akan loyal kepada Jokowi dan pilihan Jokowi belum tentu bisa terlaksana," sambungnya.
Tentu ini sejalan dengan teori lame duck alias bebek lumpuh, di mana pemerintah petahana tak lagi memiliki kuasa di negaranya.
Karena itulah, Arief mengingatkan supaya Jokowi lebih waspada kepada beberapa pihak.
"Jangan mengikuti tokoh-tokoh yang menginginkan dia diperpanjang, itu mau mengkhianati dia," tutur Arief.
"Orang yang ingin Pak Jokowi lanjut bukan lewat proses Pemilu tapi perpanjangan jabatan, ini pengkhianatan terhadap dia. Sama aja mendemoralisasi dia di hadapan rakyat, untuk menampar, menabok, menjorokkan dia," imbuhnya.
Arief juga mengungkap skenario pengkhianatan lain. Seperti partai yang tiba-tiba berbalik mendukung tokoh yang tidak dikehendaki Jokowi.
Bahkan Arief terang-terangan membahas kemungkinan terbentuknya Koalisi Perubahan pengusung Anies. Menurutnya bisa jadi pemerintah akan berhasil menjegal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masuk ke koalisi.
"NasDem, Demokrat, belum cukup nih. Tahu-tahu ada partai koalisi di luar PKS mencukupkan itu. (Tapi) saya belum bisa lihat siapa," terang Arief.
Namun mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menilai kecil kemungkinan Partai NasDem akan meninggalkan Anies dan berbalik kembali mendukung pemerintah.
Sementara skenario pengkhianatan lain yang bisa terjadi melibatkan internal partainya sendiri, yakni PDI Perjuangan.
"Bisa juga misalnya sudah deal dengan PDI Pak Jokowi mencalonkan Ganjar, tahu-tahu bisa berubah di dalam, kan tergantung penanya Bu Mega. Kalau Bu Mega nanti dituntun sama alam untuk tidak mendukung Ganjar, kan bisa sekali," tandasnya.
Bahkan ditegaskan Arief, bisa jadi tikungan tajam semacam ini terjadi di menit-menit terakhir. Arief lalu mencontohkan hubungan baik PDIP dan Partai Gerindra yang seketika memanas dalam rentang dua tahun.
Sumber: suara