GELORA.CO - Analis Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra mengkritisi kepala daerah yang lebih aktif berpolitik ketimbang memikirkan nasib rakyatnya. Di Jawa Tengah (Jateng), jumlah warga yang kekurangan gizi lumayan tinggi.
“Di wilayah Mas Ganjar yang disebut-sebut bakal nyapres di 2024, jumlah rakyat yang kekurangan gizi, masih tinggi. Nomor 8 di Indonesia. Sebaiknya lebih fokus untuk menyelesaikannya,” papar Gede kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (13/12/2022).
Menurut Gede, berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) di Jawa Tengah, mencapai 60 persen. Sedangkan angka rata-rata nasional, mencapai 57 persen. Angka AKG ini menunjukkan persentase penduduk yang tidak dapat mengakses pangan dengan gizi berimbang. Semakin besar angkanya, maka semakin banyak pula warga yang kurang asupan gizi.
“Mas Ganjar jangan terlalu sibuk berpolitik. Demikian pula Jatim, angkanya juga tinggi. Sebaiknya, seluruh kepala daerah, fokus kesejahteraan warganya. Jangan dululah mikirin Pilpres 2024,” ungkap Gede.
Terkait tingginya jumlah warga yang kurang gizi di Jawa Tengah, cocok dengan data Badan Pusat Statistik (BPS). Sepanjang 2021, jumlah desa atau kelurahan di Indonesia, yang penduduknya kekurangan gizi, tercatat 12.183 desa.
Yang juara adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah desa atau kelurahan yang penduduknya kekurangan gizi, mencapai 1.671 desa. Posisi kedua dan ketiga ditempati Jawa Timur dan Jawa Tengah, masing-masing 1.418 desa dan 1.361 desa.
Sejatinya, upaya Gubernur Ganjar mengurangi jumlah warga yang kurang gizi, tidak kurang-kurang. Dirinya rajin menyambangi posyandu guna memastikan program pencegahan stunting berjalan optimal.
Saat berada di Posyandu Kamboja di Desa Larangan, Kabupaten Brebes, Rabu (2/11/2022), Ganjar mengingatkan tim percepatan penurunan stunting (TPPS) tingkat desa dan kecamatan, termasuk puskesmas untuk bergerak cepat, memerangi stunting (kekurangan gizi kronis) sejak dini.
“Pemerintah mulai dari desa, kecamatan sampai puskesmas, harus bisa memberikan informasi yang benar. Yang bermasalah (gizi) cepat ditangani sejak dalam kandungan,” kata Ganjar.
Ganjar menerangkan, kondisi anak sejak dalam kandungan adalah yang terpenting dalam upaya pencegahan stunting. Jangan sampai anak terlahir dengan kekurangan gizi atau stunting. “Di Brebes ini, potensi (stunting) tinggi. Maka kerja kita harus lebih keras dan sistematis. Agar kita bisa mencegah stunting. Semuanya harus bisa merespons dengan cepat,” jelas Ganjar.
Untuk memerangi stunting, Ganjar memperkenalkan program Dapur Sehat Atasi Stunting, disingkat Dahsyat. Program ini, bertujuan agar masyarakat desa berjejaring bersama, membangun dapur yang khusus mengolah gizi yang baik untuk anak, ibu hamil dan keluarga yang terkena stunting.
Sumber: inilah.