GELORA.CO - Pada 18 November 1978, ratusan pengikut sekte People Temple melakukan bunuh diri masal di pertanian mereka di bagian terpencil negara Guyana di Amerika Selatan. Aksi bunuh diri itu dipimpin oleh pendeta yang juga pendiri Peoples Temple, Jim Jones.
Peristiwa ini bukan sekadar bunuh diri, bahkan lebih ke pembantaian. Sebelum 9/11, insiden ini merupakan kematian terbesar warga sipil yang disengaja dalam sejarah Amerika. Lebih dari 900 orang meninggal, yang kebanyakan adalah anak-anak. Peristiwa itu juga menjadi trauma budaya yang menghancurkan. Para pengikut rela menelan racun tersebut, sementara yang lainnya terpaksa menelannya di bawah todongan senjata.
Mengutip Britannica, Jim Jones adalah seorang pendeta karismatik yang mendirikan Peoples Temple, sebuah sekte Kristen, di Indianapolis pada 1950-an. Dia berkhotbah menentang rasisme dan sebagian besar jemaatnya adalah orang Afrika-Amerika. Pada 1965, basis Peoples Temple pindah ke California Utara. Pada 1971, Peoples Temple lalu pindah lagi ke San Francisco.
Peoples Temple segera memperoleh pengaruh politik yang signifikan. Menurut laporan The Guardian, advokasi sengit Jones membuatnya dikagumi oleh ikon sayap kiri seperti Angela Davis dan Harvey Milk. Jones juga mendapat dukungan dari kelompok-kelompok seperti Black Panther.
Keberhasilan tersebut mulai goyah setelah media memberitakan bahwa Peoples Temple melakukan penipuan, penganiayaan fisik terhadap anggotanya, dan perlakuan buruk terhadap anak-anak. Menanggapi kritik tersebut, Jones yang semakin paranoid mengajak jemaatnya untuk pindah bersamanya ke Guyana.
Jones berjanji bahwa ia akan membangun sosialisme utopis di Guyana. Tiga tahun sebelumnya, sekelompok kecil pengikutnya melakukan perjalanan ke Guyana untuk mendirikan apa yang mereka sebut Jonestown, sebuah bidang pertanian yang luas beserta tempat tinggal di sekitarnya.
Jonestown ternyata bukan surga seperti yang dijanjikan Jim Jones. Anggota Peoples Temple bekerja berhari-hari di ladang dan dikenai hukuman berat jika mempertanyakan otoritas Jones. Paspor dan surat-surat berharga mereka disita dan para anggota dipaksa menghadiri pertemuan pada malam hari.
Jones, pada saat itu dalam kesehatan mental yang menurun dan kecanduan obat-obatan. Ia yakin bahwa pemerintah AS ingin menghancurkannya. ia meminta anggota Peoples Temple untuk berpartisipasi dalam latihan bunuh diri palsu saat tengah malam.
Pada November 1978, Anggota Kongres AS Leo Ryan melakukan perjalanan ke Guyana untuk memeriksa kegiatan Peoples Temples dan kompleks Jonestown. Dia hendak menyelidiki desas-desus bahwa beberapa anggota Peoples Temple ditahan dan beberapa menjadi sasaran kekerasan fisik dan psikologis.
Leo Ryan bersama delegasi yang terdiri dari beberapa orang dan jurnalis, tiba di Jonestown pada 17 November 1978 dan menerima audiensi sipil dari Jones. Tetapi kunjungan itu dibatalkan pada 18 November 1978 setelah seorang anggota Peoples Temple mencoba menikam Ryan. Delegasi kembali ke lapangan terbang untuk kembali ke AS bersama anggota Peoples Temple yang meminta untuk meninggalkan Jonestown.
Mereka juga dikawal oleh pengawal Jonestown
Saat mereka naik ke pesawat, pengawal Jonestwon justru mengeluarkan senjata dan melepaskan tembakan. Mereka menembak mati Ryan dan membunuh empat orang lainnya termasuk dua fotografer yang menangkap rekaman serangan sebelum meninggal. Orang-orang yang selamat yang terluka berlari atau menyeret diri mereka sendiri ke dalam hutan.
Bunuh diri yang dipaksa
Setelah penembakan itu, Jones memberlakukan rencana "bunuh diri revolusioner" di kompleks Jonestown. Mereka menyiapkan minuman buah yang dicampur dengan sianida dan obat penenang. Racikan itu pertama kali dimasukkan ke tenggorokan bayi dan anak-anak, kemudian oleh anggota dewasa.
Ketika pihak berwenang Guyana tiba di kompleks Jonestown keesokan harinya, mereka menemukan ratusan mayat yang tergeletak. Banyak orang tewas dengan berpelukan. Jones sendiri meninggal karena luka tembak.
Kurang dari 100 anggota Peoples Temple di Guyana selamat dari pemaksaan bunuh diri itu. Mereka yang selamat membelot pada hari itu. Pihak berwenang kemudian menemukan tembolok senjata api, ratusan paspor yang ditumpuk, dan uang 500.000 dolar AS.
Jutaan dolar lainnya dilaporkan telah disimpan di rekening bank di luar negeri. Peoples Temple secara efektif dibubarkan setelah insiden itu dan menyatakan kebangkrutan pada akhir 1978.
Sumber: voi