GELORA.CO - Beredar kabar bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan manuver politik dengan mengumpulkan sejumlah lembaga survei membahas mengenai hitung-hitungan pencapresan Pilpres 2024.
Mengenai manuver Jokowi ini, Pengamat dan Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ikut berkomentar. Refly menyebut jika hal itu benar maka sudah dipastikan Jokowi turun gunung membela mati-matian “anak emasnya” demi memastikan rezimnya berlanjut.
“Kalau saya mengatakan berharap Presiden Jokowi akan netral di 2024, ya sepertinya akan menggantang asap. Sudah jelas presiden akan berpihak pada salah satu calon karena ingin melanjutkan rezim ini,” jelas Refly melalui kanal Youtube-nya, dikutip Rabu (2/11/22).
Refly menyebut sangat sulit jika dikumpulkannya sejumlah petinggi lembaga survei tidak dikaitkan dengan riuh politik 2024.
Ia pun menganggap dikumpulkannya lembaga survei berkaitan dengan capres dari PDIP.
“We have to read between the line, tidak mungkin dia konsentrasi pada poin pemilu, pasti presiden Jokowi menginginkan bagaimana konstelasi politik terakhir, bagaimana dia harus bersikap pada Puan Maharani atau Ganjar Pranowo,” jelas Refly.
Menurut analisisnya, Refly menganggap bahwa apa yang dibahas dan disampaikan lembaga survei ke Jokowi akan menjadi “alat siasat” Jokowi mengambil langkah ke depan.
Siasat tersebut adalah penjelasan lembaga survei mengenai peluang kedua tokoh tadi yang mana pada akhirnya Jokowi akan meminta Megawati memilih Ganjar dibandingkan Puan Maharani.
“Dan masukan dari lembaga survei itu pasti akan dipakai Jokowi untuk bargaining dengan Megawati untuk lebih memutuskan Ganjar yang menjadi calon presiden. Jangan lupa orang yang hadir itu juga pro Ganjar juga semua jangan-jangan karena survei lebih menjagokan Ganjar dibandingkan Puan Maharani. Jadi ini sebenarnya ingin kepastian untuk ngomong sama Megawati,” jelas Refly.
Jokowi Kumpulkan Lembaga Survei
Laporan detikX sebagaimana dilansir dari laman detikcom, mengungkapkan bahwa sejumlah lembaga survei dikumpulkan oleh Jokowi.
Jokowi memanggil beberapa lembaga survei pada September 2022. Dalam pertemuan itu, Jokowi menanyakan peluang Puan naik sampai 12,5 persen pada akhir tahun.
"Semuanya bilang, 'Nggak mungkin, jangankan 12,5 persen. 5 persen saja nggak mungkin,'" klaim sumber ini, dikutip dari detikcom, Rabu (2/11/22).
Masih dalam sumber yang sama, Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya ketika dimintai konfirmasi membenarkan soal pertemuan yang terjadi pada September silam. Namun, Yunarto membantah pertemuan itu secara spesifik membahas elektabilitas Puan Maharani.
"Dia (Jokowi) ingin tahu data survei terakhir di kami seperti apa. Tapi Jokowi itu fokus utamanya adalah kepuasan publik, lalu efeknya secara elektoral seperti apa. Terus siapa-siapa saja yang naik elektabilitasnya," ujar Yunarto kepada reporter detikX.
Sumber: wartaekonomi