GELORA.CO -Buka-bukaan kriteria calon presiden ideal membuat Presiden Joko Widodo menjadi bulan-bulanan publik. Kriteria ini disampaikan Jokowi ketika hadir di silaturahmi akbar relawannya di Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022).
Dalam kesempatan itu, Jokowi diduga meng-endorse Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Padahal sebelumnya Jokowi juga terang-terangan memberi dukungan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Sikap inilah yang kemudian dikomentari banyak pihak, salah satunya Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Irwan. Mengutip WartaEkonomi.co.id -- jaringan Suara.com, Irwan langsung sibuk membandingkan etika politik Jokowi dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurutnya, SBY bersikap lebih netral dan negarawan ketika masih menjabat sebagai presiden. Begitu pula dengan Partai Demokrat yang disebut masih bersikap netral di akhir masa kepemimpinan SBY pada tahun 2014.
"Partai Demokrat pada masa itu bersikap netral. Sikap Presiden SBY adalah negarawan. Mampu memposisikan diri di waktu yang tepat dengan tetap menjaga etika politik," ungkap Irwan, dikutip pada Senin (28/11/2022).
Irwan menyebut, masyarakat sudah seharusnya memiliki kebebasan dalam memilih calon presiden periode berikutnya tanpa diintervensi oleh kode-kode yang disampaikan oleh Jokowi.
"Seharusnya sekelas Presiden RI menjaga bagaimana demokrasi berjalan secara sehat, bukan sekadar prosedural, tetapi juga substansial," kata Irwan.
"Kode-kode semacam endorse yang dilakukan oleh selevel Presiden RI kepada kandidat Bakal Capres 2024 bukanlah cerminan dari demokrasi yang sehat. Ibarat peribahasa, 'menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri'. Tingkah Presiden Jokowi menjatuhkan wibawa dan martabat seorang kepala negara," sambungnya.
Sementara itu, kritikan untuk silaturahmi akbar relawan itu bukan hanya disampaikan oleh oposan seperti Partai Demokrat, melainkan juga dari PDI Perjuangan.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyesalkan adanya elite relawan yang dekatdengan kekuasaan. Menurutnya Jokowi seperti tengah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tersebut.
"Memanfaatkan kebaikan Presiden Jokowi sehingga menurunkan citra Presiden Jokowi. Akibatnya kehebatan kepemimpinan Presiden Jokowi di acara G20 yang membanggakan di dunia, dan rakyat Indonesia, lalu dikerdilkan hanya urusan gegap gempita di GBK," ujar Hasto lewat keterangannya, Minggu (28/11/2022).
Hasto menilai kepemimpinan Jokowi yang sudah berada di jalan yang benar jadi direduksi dengan cara-cara yang tidak elegan.
Sumber: suara