GELORA.CO - Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu menyoroti Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso yang mengatakan pemerintah harus bergerak cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah (CBP). Salah satunya dengan mengimpor beras.
Hal tersebut ditanggapi Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Said Didu mengisyarakatkan sesuatu.
"Nah lho," ujar Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (17/11).
Sementara itu, saat ini stok CBP di gudang Bulog sebanyak 651.000 ton. Jumlah tersebut kurang hampir setengahnya dari stok ideal yang harus dimiliki oleh Bulog sebanyak 1,2 juta ton.
"Kita harus cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini. Karena kalau kita terlambat, di satu sisi kita sudah tahu tidak mungkin kita dalam waktu dekat bisa menyerap dalam jumlah besar. Karena barangnya selain tidak ada, harganya juga tidak memungkinkan," kata Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, seperti dikutip dari Antara.
Buwas menjelaskan, CBP yang dimiliki Bulog merupakan beras milik negara yang penggunaannya untuk kebijakan pemerintah seperti bantuan sosial, bantuan bencana, maupun operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).
Oleh karena itu menurutnya perlu dilakukan langkah alternatif dengan segera untuk memenuhi target stok CBP 1,2 juta ton pada akhir tahun.
"Kalau kita akan mendatangkan dari luar itu juga harus secepat mungkin. Karena dari beberapa negara menutup atau tidak mengeluarkan dari produksi pertanian khususnya beras," kata Buwas.
Ia menyebut, hal yang jadi pertimbangan lain apabila mengimpor beras adalah keterbatasan angkutan logistik yang berpengaruh pada kemungkinan melakukan impor.
Selain itu, meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga mempengaruhi harga beli beras dari luar negeri.
"Dengan meningkatnya nilai tukar rupiah dengan dollar, ini akan harga yang kita datangkan. Maka kalau kita terlambat mengambil langkah, mengantisipasi, maka ini juga ada kerawanan persoalan pangan khususnya beras. Karena beras mempengaruhi inflasi, mau tidak mau, kita harus menyiapkan kebutuhan pokok ini," tandasnya.
Sumber: wartaekonomi