GELORA.CO -Setelah melanjutkan persidangan perceraiannya dengan Anne Ratna Mustika, Dedi Mulyadi masih terus gencar membantu masyarakat Jawa Barat terutama Purwakarta.
Kebiasaan ini telah ia lakukan sejak menempati bangku wakil bupati Purwakarta hingga saat ini menjabat sebagai salah satu anggota DPRD Purwakarta.
Meskipun malam hari, niat Kang Dedi membantu dengan sesama sama sekali tidak surut.
“Kenapa sih seneng keliling, ya saat hujan, malam seperti ini memungkinkan banyak yang bisa kita temukan, tapi bukan nyari jatohan, karena jatohannya enggak usah dicari nanti juga banyak yang jatoh sendiri,” kata Dedi Mulyadi.
Saat malam itu, Kang Dedi bertemu dengan seorang perempuan yang sedang berjalan.
Karena merasa aneh melihat perempuan tersebut berjalan sendirian di tengah malam, Dedi Mulyadi pun mengajak perempuan tersebut untuk berjalan - jalan dengan mereka.
“Mau kemana? Jalan- jalannya sama kita aja,” ajak Kang Dedi.
Diketahui, jika ternyata perempuan tersebut adalah seorang PSK yang sedang menunggu pelanggannya.
Perempuan tersebut mengaku jika selama ini ia bisa mendapatkan uang sebesar 300 ribu Rupiah per malamnya.
Setelah diusut, perempuan yang dihampiri oleh Dedi Mulyadi telah memiliki anak, dan ia sudah lama bercerai dengan sang suami.
“Jadi kamu tiap malem keliling gini untuk biaya hidup anak,” kata Dedi Mulyadi.
Melihat pekerjaan perempuan tersebut sebagai penghibur, Kang Dedi bertanya kepadanya kenapa tidak memilih pekerjaan lainnya.
“Karena KTP, Ijazah, dan kartu lain di pegang di RW,” kata perempuan tersebut.
Sudah menekuni pekerjaan itu sudah lama, ternyata sang perempuan selama ini memiliki niat untuk berhenti dari pekerjaannya.
“Emang kamu kalo punya modal mau berhenti dari kayak gini?,” tanya Kang Dedi.
Mendengar kemauan dari perempuan tersebut, Dedi Mulyadi menawarkan untuk memberikan bantuan.
“Saya bayar 10 malem 150 ribu, tetapi kamu tidak boleh melayani tamu lagi selama 10 malem,” kata Dedi Mulyadi.
Setelah diberi uang dan dilarang Dedi Mulyadi untuk kembali ke pekerjaan tersebut, sang peremupuan langsung memiliki niat dari modal tersebut untuk berjualan sayur.
“Kita ini kan tidak mungkin merubah orang, kamu salah kamu ini, ini kan tadi kelas yang paling bawah, 10 malam dia berenti tidak melakukan, berarti kita sudah mengurangi penderitaan selama 10 malam, apalagi dia kalau benar berjualan sayur,” kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga menjelaskan jika kebiasaan orang membayar perempuan penghibur itu merupakan hal yang salah.
Karena bagaimanapun, ia tidak pernah sama sekali menginginkan pekerjaan tersebut selain karena untuk membiayai anak atau terpaksa.
Sumber: suara