Andi Arief Sebut Presiden Jokowi Sedang dalam Posisi Melemah di Mata Parpol

Andi Arief Sebut Presiden Jokowi Sedang dalam Posisi Melemah di Mata Parpol

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief merespons acara relawan di Gelora Bung Karno yang dihadiri Presiden Joko Widodo, kemarin. 

"Ya kemarin pengerahan massa oleh Pak Jokowi itu menunjukkan Jokowi sebetulnya sedang dalam posisi melemah di mata para parpol," kata Andi Arief, Minggu (27/11/2022).

Andi Arief menilai kegiatan itu menunjukkan Presiden Jokowi ingin menguatkan kembali posisinya di dunia politik.

"Jadi dia berupaya untuk mencoba menguatkan diri dengan mengumpulkan relawan-relawan yang mobilisasi ya pengerahan. Dan kita tahu namanya pengerahan itu kan melibatkan sumber daya, logistik dan lain-lain gitu," kata Andi Arief.


Presiden Jokowi di acara itu berpesan agar memilih pemimpin dengan hati-hati. Jokowi berharap masyarakat memilih pemimpin yang dapat memahami sekaligus membantu masyarakat.

"Dalam mencari pemimpin ke depan, pemimpin seperti apa yang kita cari? Hati-hati saya titip, hati-hati, pilih pemimpin hati-hati. Pilih pemimpin yang ngerti apa yang dirasakan oleh rakyat," kata Jokowi.


"Kelihatan banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat, ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua. Jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya," kata dia.


"Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya hati-hati."

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan pemimpin yang memikirkan rakyat dapat dilihat dari rekam jejak, gagasan, ide serta karya untuk bangsa dan negara.

"Punya visi besar untuk negara ini. Sering berbagi pemikiran dan memberikan usulan solusi untuk permasalahan-permasalahan bangsa di berbagai forum ilmiah ataupun forum publik," kata Herzaky.

Herzaky mengatakan pemimpin yang memikirkan rakyat seharusnya merupakan sosok yang berani menyuarakan harapan dan aspirasi rakyat di ruang publik dan membantu memperjuangkan nasib mereka.

Pemimpin, kata dia juga harus mau duduk bareng dengan rakyat untuk mendengarkan keluhan mereka langung.


"Bukan dari penampilan fisik ataupun jadi artis di medsos. Pencitraan joget sana sini seakan-akan dekat dengan rakyat. Tapi, saat rakyatnya ditindas, diintimidasi, ditekan, malah diam seribu bahasa," kata Herzaky.

"Bukan sibuk rekaman bagi bantuan ataupun foto-foto sendiri di lokasi bencana, tapi tak pernah mau dialog ataupun dengarkan keluhan rakyat yang sedang susah atau tertimpa bencana," Herzaky menambahkan.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita