GELORA.CO -Warung kopi plus-plus atau kopi pangku sebagai kamuflase prostitusi juga ada di wilayah Jawa Barat.
Di sana, Dedi Mulyadi pun ingin mendengar keluh-kesah para pekerja seks komersial (PSK) di sana.
Sebagai anggota DPR RI dirinya memang perlu mendengar setiap suara masukan dan keluhan dari berbagai kalangan termasuk kupu-kupu malam.
Kang Dedi, panggilan sayang bupati Purwakarta dua periode itu masuk ke salah satu warung. Dia pun ditemani seorang PSK bertarif Rp 300 ribu. Teteh S, inisial PSK yang disamperi Kang Dedi.
"Saya cerai tiga tahun lalu kang. Suami selingkuh, sekarang saya mengurus anak saya usia 8 tahun," katanya ketika ditanya Kang Dedi seperti dilihat denpasar.suara.com dalam kanal YouTube Dedi Mulyadi.
Sebelum bekerja di lembah hitam prostitusi, Teteh S bekerja disebuah pabrik. Namun, dirinya memilih berhenti karena anaknya sakit dan pulang kampung.
Di kampung dia berka di usaha konveksi dengan pendapatan Rp 400 ribu per minggu. Jumlah yang terbilang sedikit di tengah kebutuhannya sebagai single parents dengan satu anak.
Namun, semua itu dijalani tanpa mengeluh. Tapi, usaha tempatnya bekerja sepi order akibat Covi-19.
"Karena menganggur saya bekerja di sini kang," akunya. “Sampai kapan mau begini?" tanya Dedi mulyadi. "Apa tak mau balik kampung lagi, bikin usaha sendiri?" imbuh dia lagi.
Teteh S hanya bisa terdiam dan akhirnya bercerita. Dulu, dia pernah buka warung kecil-kecilan di kampung halamannya tapi akhirnya tutup karena kurang modal.
Selain itu dia juga punya hutang di rentenir. Kondisi ini juga yang menjadi penyebab dia terpaksa menjaga warung kopi plus-plus.
Tanggap atas kesulitan Teteh S, Kang Dedi memberikan bantuan modal untuk membuka warung dan membayar hutang ke rentenir. “Serius, jadi Teteh tak usah melayani minum kopi setiap malam lagi,” ucap Kang Dedi.
Sumber: suara