Ulama Madura Tolak Kedatangan Pemuka Yahudi, Kyai Muzakki: Jangan Latah, PBNU Ingin Dorong Perdamaian

Ulama Madura Tolak Kedatangan Pemuka Yahudi, Kyai Muzakki: Jangan Latah, PBNU Ingin Dorong Perdamaian

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta, KH Muzakki Kholish, mengkritik Aliansi Ulama Madura (AUMA) yang menolak upaya PBNU mengundang pemuka agama Yahudi Rabi Silvina Chemen ke Forum Agama G20' atau 'Religion 20' (R20) di Bali pada November mendatang. 

Kholis mengatakan penolakan segelintir orang mengatasnamakan ulama itu bisa menghalangi upaya perdamaian agama-agama dunia yang hendak diperjuangkan PBNU. Ia meminta agar AUMA terlebih dahulu membuka diri pada ruang dialog sebelum melakukan aksi penolakan.

"Penolakan secara serta merta saya kira tidak rasional dan tidak bertanggungjawab. Jangan jadi bangsa yang latah, boleh menolak, tapi berdialog," kata Kholish dalam keterangan tertulis, Selasa (18/10/2022).

Baru-baru ini beredar pamflet yang berisi penolakan sejumlah orang mengatasnamakan ulama dan habaib terhadap kedatangan pemuka agama Yahudi Rabi Silvina Chemen ke Indonesia. 

Dalam pamflet itu tertulis nama Aliansi Ulama Madura atau AUMA sebagai penyokong gerakan. Mereka mengundang para tokoh agama Islam untuk menghadiri agenda "Halaqoh Habaib Ulama GL guna menolak kedatangan pendeta Yahudi yang diundang PBNU". Acara pertemuan itu dilaksanakan hari ini, Selasa (18/10) tanpa menyebutkan tempat.

Kholish menyayangkan ulah sekelompok muslim tersebut. Pasalnya, kata dia, tujuan PBNU mengundang tokoh-tokoh agama dari 20 negara dalam Forum R20 adalah memperkuat dialog dalam rangka mencari solusi atas konflik di negara-negara Timur Tengah.

"Karena misi agama, apapun agamanya, termasuk Yahudi, Islam, dan lainnya adalah perdamaian," kata Kholish.

Kholish mengatakan PBNU ingin mengambil peran menciptakan perdamaian antara agama dan negara di Timur Tengah. Hal ini menurut dia seusai dengan semangat Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan (Jam'iyah Diniyah Ijtima'iyah).

Menurutnya, apa yang dilakukan PBNU sekarang sejalan dengan upaya yang dilakukan mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dahulu. Saat menjabat sebagai presiden, kata Kholish, Gus Dur pernah mengusung forum World Conference Religion of Peace bersama Yohanes Paulus II di Vatikan, Roma.

"Ini (dialog perdamaian) adalah bagian dari ijtima'iyyah. Ijtima'iyyah dalam bahsa kita itu Ipoleksosbudhankam. Termasuk keamanan dunia," ujar Kholish.

Kholish meminta para tokoh agama dalam komunitas AUMA mau membuka diri terlebih dahulu untuk berdialog menyikapi undangan PBNU tersebut. PBNU, kata dia, berpandangan bahwa tokoh-tokoh agama apapun di dunia memiliki pengaruh terhadap kebiasaan para pemimpin negara di dunia.

Hal ini akan menjadi akses untuk mendorong perdamaian di negara-negara yang rawan akan konflik agama.

Organisasi semacam PBNU dinilai mampu mendorong persepsi pemimpin negara agar memahami dinamika relasi umat beragama secara benar. Kholis berkata, PBNU bisa menawarkan konsep-konsep keagamaan yang bisa menjadi solusi perdamaian, seperti Ukhuwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Basyariyah.

"Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Basyariyah ini adalah upaya yang diharapkan bisa mengarah pada suatu perdamaian di sebuah negara, bahkan perdamaian dunia, Nabi di madinah jg dialog dengan tokoh-tokih agama lain untuk jaga kemananan negara," kata Kholish.(*)

Sumber: poskota

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita