TGIPF Bongkar Detik-detik Tragedi Kanjuruhan, Penonton Tertumpuk Hingga Meregang Nyawa Terekam CCTV: Mengerikan Sekali!

TGIPF Bongkar Detik-detik Tragedi Kanjuruhan, Penonton Tertumpuk Hingga Meregang Nyawa Terekam CCTV: Mengerikan Sekali!

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Nugroho Setiawan, membongkar bagaimana isi CCTV yang memperlihatkan detik-detik terjadinya tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

Nugroho yang sudah melihat langsung isi CCTV terutama gate 13 sendiri merasa mengerikan karena para Aremania yang tertumpuk hingga meregang nyawa terekam di dalamnya.

“Tadi saya sempat melihat rekaman CCTV kejadian, khususnya di pintu 13, mengerikan sekali,” ungkapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube KOMPASTV yang videonya diunggah pada Minggu (9/10/2022).

Setelah itu, Nugroho menjelaskan bahwa kondisi pintu sebenarnya terbuka, tetapi terlalu kecil. Tak hanya itu, ia menjelaskan pintu tersebut juga sebenarnya pintu masuk, bukan pintu keluar.

Ia menyampaikan, “Jadi situasinya adalah pintu terbuka, tapi sangat kecil, yang itu seharusnya pintu untuk masuk, tapi terpaksa menjadi pintu keluar.”

Dalam rekaman CCTV itu, para penonton berebut untuk keluar karena penembakan gas air mata, sedangkan beberapa orang sudah terjatuh dan terinjak-injak.

“Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh, pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata,” jelasnya.

Nugroho menambahkan, “Nah jadi miris sekali saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa terekam sekali di CCTV.”

Oleh karena itu, kesimpulan sementara TGIPF saat ini adalah Stadion Kanjuruhan tidak layak untuk menggelar pertandingan berisiko tinggi.

Ia mengatakan, “Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match (pertandingan berisiko tinggi). Mungkin kalau itu medium atau low risk (berisiko sedang atau rendah) masih bisa.”

“Artinya untuk high risk match kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret, misalnya adalah bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat,” sambungnya.

Selain itu, Stadion Kanjuruhan juga tidak memiliki pintu darurat sehingga ke depannya struktur pintu yang berada di sana akan diperbaiki.

Nugroho menyampaikan, “Jadi sementara yang saya lihat adalah pintu masuk berfungsi sebagai pintu keluar, tapi itu tidak memadai. Kemudian tidak ada pintu darurat.”

Ia melanjutkan, “Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah mengubah struktur pintu itu, kemudian juga mempertimbangkan aspek seperti anak tangga.”

Soal anak tangga Stadion Kanjuruhan, Nugroho menilai itu tidak ideal apalagi dalam situasi kerumunan atau kericuhan seperti saat insiden terjadi.

“Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety discipline ketinggian 18 senti, lebar tapak 30 senti. Ini tadi (di Stadion Kanjuruhan) antara lebar tapak dengan ketinggian sama. Rata-rata mendekati 30 senti,” jelasnya.

“Jadi intinya gini, kalau dengan ketinggian normal tadi 18 dan 30 senti, ini kita berlari turun, berlari naik, itu tidak ada kemungkinan jatuh. Kemudian lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd karena harus ada railing (pagar) untuk pegangan. Nah railing ini juga sangat tidak terawat dengan desakan luar biasa akhirnya railing-nya patah dan itu juga yang termasuk melukai korban,” tandasnya.


Sumber: populis
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita