GELORA.CO - Hingga Sabtu 1 Oktober pukul 06.50 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap gempa di Tarutung Mag. 5,8 menunjukkan telah terjadi 50 kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar 5,1 dan magnitudo terkecil 2,5.
Seperti yang dilansir di laman twitter milik Dr. Daryono, S.Si., M.Si Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yg terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar besar Sumatera segmen renun. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Gempa di Tapanuli Utara ini berdampak merusak di Tarutung dan sekitarnya dengan skala intensitas VI MMI. Di Sipahutar dengan skala intensitas V MMI. di Singkil dengan skala intensitas IV MMI dan di Tapaktuan dan Gunung Sitoli dengan skala intensitas III MMI.
Darono menambahkan pada 14 Juni 2011 wilayah Tarutung juga pernah diguncang gempa merusak Mag. 5,5 dengan kedalaman 10 km yang dipicu sesar besar Sumatera.
Gempa ini merusak 165 rumah warga dan melukai lebih dari 50 orang. Gempa ini dikenal sebagai gempa Sarulla 2011.
Sebelumnya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 pukul 02.28.41 WIB di wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,8.
BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Masyarakat juga diminta untuk memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggalnya cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah. "Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," kata dia.
Sumber: tvOne