Pengakuan Ketua Panpel Abdul Haris Soal Pintu Stadion Sudah Dibuka Saat Tragedi Kanjuruhan, Siapa yang Menutup?

Pengakuan Ketua Panpel Abdul Haris Soal Pintu Stadion Sudah Dibuka Saat Tragedi Kanjuruhan, Siapa yang Menutup?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Panpel Pertandingan Arema FC Abdul Haris menegaskan jika pintu Stadion Kanjuruhan, Malang sudah dibuka saat tragedi maut Sabtu 1 Oktober 2022 terjadi.

Sebelumnya Abdul Haris merasa bersalah dan berdosa dalam tragedi ini. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Haris meminta maaf serta mendukung gerakan usut tuntas suporter dalam tragedi ini. 
Dia mengatakan, sesuai standar operasional prosedur kepanpelan 10 menit jelang pertandingan bubar pintu sudah dibuka. Panpel juga tidak mengetahui sosok yang kemudian menutup pintu stadion. 

Abdul Haris meminta rekaman kamera CCTV di stadion untuk dicek. Sebab, di rekaman CCTV itu terekam jelas mulai sebelum pertandingan hingga tragedi Kanjuruhan terjadi. 

"Sesuai SOP pintu semua sudah terbuka. Kalau memang ada oknum yang menutup di situ ada CCTV mulai dari pertandingan belum dimulai, kick off hingga pertandingan selesai nah disitu ada CCTV silahkan dicek. Silahkan dibuka karena disitu juga ada portir dan PAM dari polisi ada situ," kata Abdul Haris di Kantor Arema FC, Jumat (7/10/2022). 

Abdul Haris menuturkan, saat peristiwa kelam itu terjadi dirinya berada di tengah alias area VIP Stadion Kanjuruhan. Laporan dari Security Officer yakni, Suko Sutrisno pintu stadion semua sudah dibuka.

"Saya selaku ketua panpel ada di tengah. Dan laporan dari pak Suko Sutrisno (Security Officer) semua pintu sudah dibuka. Tetapi maaf karena itu masuk dalam materi pemeriksaan kami mohon maaf tidak bisa menjelaskan lebih jauh," ujar Abdul Haris. 

Sumardan kuasa hukum Abdul Haris mengatakan, bahwa Suko Sutrisno yang juga berstatus tersangka seperti kliennya sudah mengecek jelang akhir pertandingan pintu sudah dibuka. Dia menyebut secara normatif dari panitia tidak ada persoalan. 

"Tidak ada pintu ditutup, ini laporan dari tim yang di lapangan tidak ada persoalan, pintu terbuka. Kami berdasarkan data dan informasi dari portir atau penjaga pintu. Makanya teman-teman juga perlu meminta agar CCTV itu dibuka supaya tidak terdapat perbedaan. Nah pembuktian faktualnya nanti di pengadilan," tutur Sumardan. 

Sementara itu, Manajer Arema FC Ali Rifki juga mendapat kesaksian serupa dari beberapa suporter. Salah satu Aremania itu bercerita padanya bahwa ada tiga suporter kakak beradik. 

Satu menonton di VIP dan dua menonton di ekonomi. Salah satu dari dua orang yang menonton di ekonomi baru masuk ke tribune pada menit ke 85. Saat itu pintu masih terbuka.

"Jadi ada tiga suporter Aremania kakak dan dua adik. Satu nonton di VIP dan dua nonton di ekonomi. Tapi dia (salah satu) baru masuk stadion pada menit ke 85. Dia menyampaikan ke saya masuk, saat itu pintu terbuka tapi pas kejadian pintu sudah ditutup. Jadi sebelum pertandingan berakhir pintu terbuka," kata Ali Rifki.

Puslabfor Polri Periksa Sejumlah Botol Miras

Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri mengatakan sedang memeriksa sejumlah temuan botol minuman keras (miras) yang ada di stadion Kanjuruhan, Malang.

"Ya sedang dianalisa oleh tim Labfor temuan beberapa miras di sekitar stadion Kanjuruhan," katanya saat dikonfirmasi Hal tersebut disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi pada Sabtu (8/10/2022).
Selain memeriksa botol miras yang ditemukan, Puslabfor juga menganalisa sejumlah kamera CCTV yang berada di luar Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 

Polisi Periksa Saksi dan CCTV di Stadion Kanjuruhan

Pihak Mabes Polri mengutarakan bahwa pihaknya tengah memeriksa sejumlah saksi termasuk Sekretaris Umum (Sekum) Arema FC terkait Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter. 

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Dedi Prasteyo mengatakan terdapat dua orang saksi lainnya yang turut serta diperiksa bersama Sekum Arema FC. 

"Pertama Kasubbag Dispora Kabupaten Malang. Kedua Sekretaris Umum Arema FC dan anggota Polresta Malang yang terlibat dalam pengamanan di Stadion Kanjuruhan," kata Dedi pada siaran pers, Jakarta, Jumat (7/10/2022).

Selain memeriksa sejumlah saksi, pihak kepolisian turut serta melakukan pemeriksaan terhadap CCTV di lokasi kejadian. 

Kata Dedi, pihaknya melakukan pemeriksaan terhadap tiga CCTV di antaranya yang berada di luar area Stadion Kanjuruhan. 

"Juga ada CCTV yang didalami. Tiga CCTV itu yang berada di dalam maupun sekitar stadion. Lalu Hari Ini ada dua CCTV di luar stadion masih di Labfor dan didalami Inafis untuk identifikasi kejadian yang ada di luar," katanya.

Dedi menjelaskan langkah tersebut dilakukan dikarenakan adanya indikasi tindak pidana di luar Stadion Kanjuruhan. 

"Di luar pun ada kejadian. Saat pengaman evakuasi pemain dan Persebaya itu butuh waktu yg lama dihadang di situ. Ada pidana juga. Perusakan pembakaran. Aparat kepolisian juga tembak gas air mata agar tidak terjadi anarkisme yang masif. Jadi ada dua TKP dan dua kejadian jadi masih diusut," ungkapnya. 

Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan Bertambah

Pemerintah Provinsi Jawa Timur merilis data terkini jumlah korban dalam tragedi Kanjuruhan. Tercatat total korban dari tragedi yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) itu mencapai 704 orang. 

Jumlah itu terdiri dari 131 korban jiwa meninggal dunia dan 550 orang yang mengalami luka sedang atau ringan. 

Terdata ada sebanyak 23 suporter yang mengalami luka berat. Sementara ada 37 Aremania dan Aremanita yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Pasien terbanyak dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, yakni 14 orang. Kemudian ada enam orang yang mengalami luka parah masih dirawat intensif di ruang ICU.

Manajer Arema FC, Ali Rifki, mengatakan manajemen masih terus keliling bertakziah ke rumah para korban. Dia pun mengatakan menerima laporan ada salah satu korban yang tewas, tetapi tidak terdata secara resmi.

Seperti diketahui, pada Sabtu (1/10/2022), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. 

Setelah pertandingan usai, sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan. Lambat laun, jumlah suporter yang masuk ke lapangan semakin banyak.

Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI akhirnya berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Penonton yang kemudian berusaha untuk keluar, khususnya di pintu 3, 10, 11, 12, 13 dan 14 mengalami kendala karena pintu yang terbuka hanya kurang lebih selebar 1,5 meter. Pada saat itu, para penjaga pintu juga tidak berada di tempat.

Akibat kondisi tersebut, terjadilah desak-desakan yang menyebabkan sumbatan di pintu keluar itu hampir 20 menit. 

Hal itu membuat banyak korban yang mengalami patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia.

Setelah dilakukan investigasi, Kapolri telah menetapkan enam orang tersangka dalam tragedi Kanjuruhan itu.

Adapun keenam orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam tragedi tersebut yakni, Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Bersatu (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Komandan Kompi III Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman, Kabagops Polres Malang Kompol Wahyu SS, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi. 

Para tersangka dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP terkait kesalahan yang menyebabkan kematian. 

Selain itu, para tersangka juga dikenakan Pasal 103 dan Pasal 52 UU RI nomor 11 tahun 2022 tentang keolahragaan.

Sumber : tvone
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita