Mengenal Sosok Ratu Zaleha, Sosok yang Persatukan Suku Dayak untuk Melawan Belanda

Mengenal Sosok Ratu Zaleha, Sosok yang Persatukan Suku Dayak untuk Melawan Belanda

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mengenal sosok Ratu Zaleha, berkat dirinya Suku Dayak bisa bersatu melawan Belanda.
Pada masa penjajahan, wilayah Indonesia yang dikuasai koloni bukan hanya pulau Jawa namun hampir seluruh wilayah, salah satunya Kalimantan.

Pada masa itu, simbol emansipasi wanita adalah R.A. Kartini. Namun, lebih dari itu, tak hanya Kartini, terdapat beberapa pahlawan wanita yang juga rela berjuang demi melawan penjajah.

Di Banjar sendiri ada satu sosok asal Banjar yang ditakuti oleh Belanda, yakni Ratu Zaleha.

Ia bukanlah bangsawan biasa melainkan perempuan tangguh anak dari Muhammad Seman sekaligus cucu pangeran Antasari.

Pemimpin Suku Dayak Melawan Belanda

Wanita yang lahir pada 1880 itu diketahui telah turut serta melawan penjanjah sejak kecil.

Tak heran jika ia mampu memimpin banyak pemberontakan secara fisik dan dianggap sebagai simbol emansipasi wanita dari Banjarmasin.

Pahlawan yang memiliki nama asli Gusti Zaleha ini sepeninggal sang ayah tetap meneruskan perjuangannya.

Di masa sulit, ia akhirnya memutuskan memeluk agama Islam bersama sahabatnya, Bulan Jihad.
Selama masa penjajahan, ia berhasil menghimpun beberapa suku Dayak untuk melawan Belanda.

Adapun suku yang berhasil dihimpun antara lain: Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, dan Bakumpai.

Meski seorang wanita, tak jarang Ratu Zaleha dan para pasukannya melewati pertempuran secara fisik yang sangat sengit.

Pernikahan Ratu Zaleha

Pada 1900, Ratu Zaleha dipersunting oleh Gusti Muhammad Arsyad. Bersama sang suami, keduanya terus melawan penjajahan Belanda.

Sayangnya, pasukan Gusti Muhammad Arsyad harus tunduk kepada Belanda, dan dalam kekalahan itu ia diasingkan.

Kendati demikian, Ratu Zaleha tak gentar, dan tetap berjuang meski tak bersama sang suami.

Setelah sang suami, Ratu Zaleha pun akhirnya dapat ditaklukan koloni Belanda. Pada 1904, keduanya diasingkan bersama ke Bogor, dan pada 1937 mereka diperbolehkan kembali ke Banjarmasin.

Pengasingan Ratu Zaleha dan suami menjadi bukti betapa takutnya Belanda dengan kekuatan pahlawan pasangan suami istri ini.

Saking takutnya, pemberontakan ini disebut kelompok paling bahaya di Kalimantan Selatan dan Tengah pada masanya.

Akhir Perjuangan Ratu Zaleha

Sosok wanita tangguh ini diketahui mengembuskan napas pada 23 September 1953.
Ia dimakamkan di kompleks makam raja-raja Banjar di Banjarmasin.

Beberapa bulan berselang, sahabatnya Bulan Jihad baru keluar dari pengasingan diri selama 49 tahun selama perjuangan.

Mendengar kabar duka sahabat seperjuangannya, tak pelak Bulan Jihad merasakan kesedihan luar biasa.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasa Ratu Zaleha, Pemerintah Martapura, Kabupaten Binjai, menyematkan namanya sebagai nama rumah sakit umum daerah.

Sumber: okezone
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita