GELORA.CO - Akun Twitter DPP PSI mendapatkan serangan dari warganet usai mengunggah sambul koran internal partai mereka.
Dalam sampul itu, diperlihatkan Ganjar Pranowo sedang melakukan salat.
Disertakan pula gambar Yenny Wahid dengan senyum yang merekah.
Keduanya telah dideklarasikan PSI sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk pemilihan presiden 2024.
Alih-alih mendapatkan apresiasi, sampul koran yang ditampilkan itu justru berujung kritik bahkan hujatan.
PSI dinilai tidak konsisten dalam menyuarakan argumen mereka, khususnya tentang penggunaan politik identitas.
Warganet mempertanyakan alasan menampilkan gambar Ganjar Pranowo sedang salat.
Padahal, selama ini mereka getol menolak adanya politisasi agama maupun politik identitas.
Bahkan, mereka dengan tegas tidak akan mendukung capres yang mereka tuduh menggunakan politik identitas.
"Itu gambar lagi sholat? Kalian koar-koar anti 'Politik identitas', tapi selalu melakukan hal yang kalian 'hindari'. Kalau bukan munafik apa namanya?" tulis akun @jannotama dikutip Warta Kota pada Minggu (30/10/2022)
"Lagi sholat di jadiin cover...ini politik identitas bukan...??? Jangan cuma berlakunya ke fihak lawan aja dikit dikit politik identitas tapi sendirinya sama....licik.." tulis @ajimuhammadsult
"Numpang tanya, itu cover majalahnya lg sholat apa bukan politik identitas? bawa2 agama juga?" sindir @debu_kipa5
"PSI ngamuk anies jualan agama, lah cover koran mereka juga pake jualan agama, pake adegan ganjar sholat luar biasa hipokrit,' tulis @aziz_miring
PSI tegaskan tak mungkin dukung Anies
Diberitakan sebelumnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo-Yenny Wahid di Pilpres 2024.
“Jadi buat PSI sangat jelas, capres yang kami dukung haruslah orang yang enggak bertentangan dari nilai dasar PSI, antikorupsi dan antiintoleransi,” kata Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam konferensi pers secara virtual, Senin (3/10/2022).
Grace lantas menyinggung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dideklarasikan oleh Partai NasDem menjadi capres di 2024.
Ia mengatakan, berdasarkan catatan, Anies secara tidak langsung melakukan politik identitas pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Tidak secara vulgar melakukannya. Tapi dengan mendiamkan dan ikut alurnya dan menikmati hasilnya, bisa dikategorikan melakukan politik identitas,” tutur Grace.
Hal itu, lanjut dia, diperburuk dengan kinerja mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu di DKI Jakarta.
“Ini karena hal sangat mendasar, sehingga tidak memungkinkan PSI untuk mendukung Pak Anies, siapapun partai yang mendukungnya,” tegas Grace.
Menurut Grace, dengan sikap PSI yang tidak mendukung Anies, bukan berarti partainya enggan menjalin hubungan dengan Partai NasDem.
Grace menegaskan, rekam jejak di DKI menjadi pertimbangan tersendiri bagi PSI untuk tidak mendukung Anies di Pilpres 2024.
“Bukan kami enggak mau koalisi dengan NasDem, tapi ketika pilihannya jatuh kepada seseorang yang melakukan dosa besar terhadap demokrasi kita, politik identitas, memecah belah dan masih terasa sampai sekarang, kami tak akan dukung Anies, terlepas dari partai manapun yang mendukungnya,” beber Grace.
Sebelumnya, PSI mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2024.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menilai, pasangan Ganjar-Yenny cocok memimpin Indonesia ke depan.
“Kombinasi Ganjar-Yenny Wahid kami nilai sebagai pasangan yang cocok untuk memimpin Indonesia ke depan,” kata Grace saat konferensi pers virtual, Senin (3/10/2022).
Grace menyebut, keputusan tersebut diambil PSI berdasarkan hasil rembuk rakyat sejak beberapa waktu lalu.
Karena itu, ia menegaskan keputusan itu bukan atas keinginan elite PSI, melainkan keinginan rakyat.
Terhadap Ganjar, Grace menyebut kader PDIP itu memiliki perjuangan yang sama dengan PSI.
“Bagi PSI, Ganjar Pranowo adalah calon terbaik karena memiliki perjuangan yang sama dengan PSI."
"Mas Ganjar juga tokoh paling pas untuk memajukan apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi,” ujarnya.
Sumber: wartakota