GELORA.CO -Asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2023 sebesar Rp 14.800 per dolar AS cukup berat terwujud. Pasalnya, jelang akhir tahun ini, rupiah terus melemah hingga mencapai Rp 15.700 per dolar.
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengatakan, rupiah terus tertekan karena terjadi penguatan dolar hampir di seluruh mata uang di dunia. Namun, dia menduga rupiah kembali bisa menguat karena adanya intervensi dari BI.
"Rupiah terus tertekan melemah sampai Rp 15.600 meski saya menduga ada intervensi terbatas dari Bank Indonesia sehingga tidak kebablasan,” kata Fuad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (18/10).
Menurutnya, Indonesia memiliki kelebihan dibanding yang lain bila keuangannya menggunakan dolar, yakni neraca perdagangan akan surplus. Yang artinya, ekspor akan mendapatkan keuntungan lebih besar daripada impor.
"Bulan September 2022 saja kita surplus 4,99 miliar dolar AS. Meskipun sudah ada tren penurunan ekspor dan impor, yaitu lebih kecil daripada bulan Agustus 2022, yaitu turun sekitar 10,5 persen - 11 persen. Tren penurunan ekspor-impor ini bisa jadi berlangsung terus,” katanya.
Namun demikian, Fuad memantau sudah beberapa bulan terakhir ini ada capital outflows yang harus diwaspadai pemerintah agar rupiah tidak tertekan atas dolar.
“Ingat, utang kita ada komponen dolarnya sehingga setiap penguatan dolar akan membengkakkan utang yang pastinya sudah mencapai Rp 7.200 triliun. Jumlah utang yang relatif besar sekali mengingat pemakaiannya untuk projek-projek tidak produktif. Selain itu juga karena dipakai untuk pembiayaan rutin,” ucapnya.
Agar nilai rupiah bisa menguat, Fuad Bawazier memberikan jalan keluar dengan cara menghentikan pengeluaran uang negara yang tidak perlu.
"Untuk sementara ini hentikan spending yang bersifat mercusuar, tidak mendesak, yang bakalan mangkrak tidak produktif. Menurut saya, sekarang akan sulit mempertahankan asumsi APBN yakni Rp 14.000 per dolar AS,” tutupnya.
Sumber: RMOL