JK: Indonesia Kaya Nikel, Tapi yang Kerja China Semua, Sampai ke Tukang Las

JK: Indonesia Kaya Nikel, Tapi yang Kerja China Semua, Sampai ke Tukang Las

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengkritik proses pengolahan nikel di Tanah Air. Sebagai negara yang diberkahi tambang nikel, pengolahannya justru didominasi China.

“Indonesia kaya nikel, tapi yang kerja semua China, dari daratan sampai tukang las. Kita bikin smelter, Insyaallah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi,” kata pria yang akrab dipanggil JK di acara makan HUT Kalla Group di Hotel Kempinski, Jumat (29/10).

JK mengatakan, dirinya ingin pengembangan teknologi smelter dikuasai oleh anak-anak negeri. “Teknologi ke depan kita lakukan tapi tidak dengan otak dari luar, (melainkan) kemampuan diri sendiri,” sambungnya.

Salah satu bisnis yang JK miliki yakni Kalla Group tengah menggarap cuan bisnis ekosistem baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Salah satu perusahaan yang dibangun Kalla Group adalah smelter produksi baterai EV yaitu nikel sulfat yang terletak di Palopo, Sulawesi Barat.

Tak seperti smelter lain yang menggunakan batu bara, smelter yang dibangun ini menggunakan tenaga air. JK mengatakan, smelter buatan Indonesia harus bersumber dari energi bersih.

“Kita masuk bisnis hydropower. Eropa tak mau beli apabila PLTA dan PLTU, semuanya tidak memenuhi semua syarat,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur Kalla Group Solihin J.Kalla mengungkapkan produksi baterai masih berpusat di China meskipun bahan bakunya berasal dari Indonesia. Dengan adanya smelter tersebut, Solihin optimistis seluruh produksi baterai EV dapat dilakukan di Tanah Air.

“Potensi nikel paling besar ada di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Halmahera. Pasar kendaraan listrik sebenarnya lumayan tapi suplainya tidak ada. Padahal penjualan kendaraan listrik di Indonesia menyentuh 1.000 mobil,”tutur Solihin di Penang Bistro Kota Kasablanka Jakarta, Sabtu (21/5).

Smelter yang dibangun di Palopo ditargetkan selesai pada awal tahun 2023. Perusahaan merambah di kendaraan EV, lanjut Solihin, dengan mencermati kendaraan listrik di dunia lebih hijau.

"Kami memiliki cita-cita membangun kawasan industri khusus nikel. Kawasan ini fokus pada nikel processing mulai dari nikel hingga satu step sebelum menjadi baterai," pungkasnya.

Sumber: kumparan
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita