GELORA.CO - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis menanggapi pernyataan Komisaris Independen PT Pelni Dede Budhyarto yang memplesetkan kata khilafah menjadi khilafuck.
Cholil Nafis mengatakan mendulang dukungan politik semestinya secara wajar saja.
Hal itu disampaikan Cholil Nafis dalam akun Twitter pribadinya, pada Selasa 25 Oktober 2022.
"Yg gini orang yg nafsuan politik. Politik itu ya Bertanding aja secara wajar dan bagaiman bisa mendapat pendukung," ujar Cholil Nafis.
"Semua orang punya mau dan keinginan asal tak melanggar hukum dan kesopanan yg tanding secara fair aja," pungkasnya.
Yg gini orang yg nafsuan politik. Politik itu ya Bertanding aja secara wajar dan bagaiman bisa mendapat pendukung. Semua orang punya mau dan keinginan asal tak melanggar hukum dan kesopanan yg tanding secara fair aja. https://t.co/WPXmj0IQ47
— cholil nafis (@cholilnafis) October 25, 2022
Sebelumnya, Dede Budhyarto berkomentar terkait pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mengingatkan partai politik untuk tidak sembrono mengusung capres 2024.Dede Budhyarto mengaku sepakat apalagi kata dia capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafirkan.
Bahkan dia menyebut pangasong khilafuck anti Pancasila hingga melarang pendirian rumah ibadah minoritas.
“Memilih capres jangan sembrono apalagi memilih capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilafuck anti Pancasila, gerombolan yang melarang pendirian rumah ibadah minoritas,” ujar Kang Dede-sapaannya, dalam keterangannya, Minggu, (23/10/2022) lalu.
Dia menduga, pernyataan Jokowi itu lebih kepada menyindir pencalonan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan oleh Partai NasDem.
“Di acara Golkar, Pak Jokowi berpesan agar jangan sembrono menentukan capres. Mungkin seperti pencalonan mantan Gubernur terburuk sepanjang sejarah DKI Jakarta Anies Baswedan mungkin yah,” tuturnya.
Sumber: wartaekonomi