Gaduh Autopsi-Tidak Autopsi, Ini Fakta Kondisi Jenazah Tragedi Kanjuruhan Malang Versi Keluarga

Gaduh Autopsi-Tidak Autopsi, Ini Fakta Kondisi Jenazah Tragedi Kanjuruhan Malang Versi Keluarga

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Devi Athok bicara meledak-ledak. Ia emosi mendengar penjelasan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo yang mengatakan korban Tragedi Kanjuruhan meninggal bukan karena gas air mata melainkan sebab terinjak-injak.

"Kok gampang itu buat pembodohan masyarakat," kata Devi. Bapak ini panas hatinya. Ia kehilangan dua putrinya langsung dalam Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 133 orang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut.

"Polisi bilang kematian bukan gas air mata, tapi karena terinjak-injak. Sopo seng gak pegel (siapa yang nggak marah)," katanya seperti dikutip Times Indonesia-jaringan Suara.com pada Rabu (19/10/2022).

Devi lantas mengungkapkan fakta kondisi jenazah kedua putrinya. Berikut ini penjelasannya:



1. Kematian putrinya tidak wajar

Devi pun membeberkan sejumlah fakta yang didapatinya sendiri saat menyaksikan kedua putrinya sudah terbujur kaku. Ia menyimpulkan kematiannya terjadi karena sesuatu hal yang tak wajar.


"Anak saya yang Natasya itu dari dada sampai ke atas (wajah) itu biru sampai hitam, keluar darah. Terus yang Nayla adiknya itu dari tenggorokan sampai ke atas (wajah) menghitam. Tidak ada luka sama sekali di badan, si Nayla di hidungnya keluar busa," ungkapnya.

2. Dua putrinya tidak terluka sedikitpun

Bahkan saat memandikan jenazah putrinya untuk kali terakhir, ia memastikan jika tidak ditemukan luka lecet di jasad anaknya.



"Waktu saya mandikan jenazah terakhir kalinya, tidak ada sama sekali dari bawah sampai atas gak ada luka lecet atau apapun dan memang dari itu keluar di sini (mulut dan hidung) seperti racun," katanya.

3. Setelah mencium anaknya mata Devi perih

Namun saat memeluk dan mencium anaknya untuk kali terakhir, Devi merasakan sakit dan perih seperti terkena gas air mata.

"Di bajunya itu baunya nggak enak, menyengat. Sampai tujuh hari gatal-gatal muka saya, karena mencium dan memeluk mereka (kedua putrinya)," tuturnya.

Menemukan fakta tersebut, Devi pun bertekad untuk mengupas tuntas persoalan yang hingga kini masih menjadi misteri. Pun ia meminta agar anaknya bisa diautopsi.



4. Berdasar fakta itu Devi mengajukan autopsi

"Mungkin kalau autopsi kemarin itu ingin mengetahui secara pasti kematian anak saya, karena di rumah sakit cuma di data dan langsung saya bawa pulang. Saya saja itu pingsan, dan kaget anak saya sudah dikuburkan di Wajak. Kematiannya ini kan nggak wajar. Statemen dari pihak kepolisian waktu itu katanya bukan gas air mata, makanya saya ingin tahu," katanya.

Akhirnya pada 10 Oktober 2022, Devi resmi mengajukan autopsi yang rencananya akan dilakukan secara kolektif. "Saat itu kan ditanya, ya sudah saya mengajukan autopsi. Itu kan bilangnya awal masih kolektif, saya mau," tegasnya.

Pupusnya harapan Devi Athok

Tekad Devi untuk mengetahui kebenaran yang terjadi, lambat laun pupus. Sepekan berlalu, Devi merasa tidak mendapat dukungan untuk perjuangannya. Padahal, ia menyatakan, dorongan untuk mengetahui kebenaran penyebab anaknya meninggal bukan hanya untuk kepentingannya saja.



"Kemana yang lainnya? Kenapa tim dari KNPI dan teman-teman Aremania kok tidak ada yang membuat pengajuan autopsi? Kemana ratusan korban lain? Kenapa cuma saya sendiri? Itulah yang saya sesalkan sampai sekarang ini," ungkapnya.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita