Aremania Vs Ade Armando Memanas, Ucapan Ade Soal Suporter Arema FC Sok Jagoan, Petentengan, dan Biang Kerok Kerusuhan

Aremania Vs Ade Armando Memanas, Ucapan Ade Soal Suporter Arema FC Sok Jagoan, Petentengan, dan Biang Kerok Kerusuhan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Sosok pegiat media sosial Ade Armando kini tengah menjadi sorotan netizen setelah komentar kontroversialnya soal tragedi Kanjuruhan dan Aremania (suporter Arema FC), Selasa (11/10/2022). 

Adapun Ade Armando saat ini tengah menjadi trending topik di Twitter, buntut dari mengomentari Aremania di tragedi Kanjuruhan.

Sebuah potongan video Ade Armando tiba-tiba menjadi viral di Twitter karena dianggap menyinggung Aremania. 

Dalam sebuah cuplikan video Ade Armando di Cokro TV, tampak dia menyinggung kalimat 'suporter Arema yang sok jagoan'. Perkataan itulah yang diduga menyinggung sejumlah netizen, terutama mereka yang mengaku sebagai pendukung Arema FC (Aremania). 

"Sekali lagi marilah kita bersikap objektif.  Yang jadi masalah adalah suporter Arema FC yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion," kata Ade Armando. 

Tak hanya itu, Ade Armando menyebut bahwa dia menudkung tindakan polisi saat tragedi di Kanjuruhan itu. "Dengan gaya preman (Aremania) masuk ke lapangan, petentengan. Dalam pandangan saya, polisi sudah melaksanakan kewajibannya," kata Ade Armando. 

Adapun Ade Armando mengungkapkan dirinya menyalahkan kelakuan suporter Arema FC yang masuk ke lapangan sepakbola, sehingga mengakibatkan berjatuhan korban jiwa. "Pangkal persoalan adalah kelakukan sebagai suporter Arema FC yang menyerbu lapangan. 

Mereka sombong, bergaya preman, menantang, merusak dan menyerang. Gara-gara mereka tragedi itu terjadi," kata Ade Armando. 

Selain itu, Ade Armando katakan dirinya tidak bersependapat bahwa tragedi tersebut harus menyalahkan aparat keamanan sepenuhnya dengan penggunaan gas air mata.

 "Ketika Polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa," kata Ade Armando. 

 Dilaporkan Pegiat media sosial yang juga merupakan dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando (AA) dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota, oleh salah satu koordinator Aremania soal unggahan video terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan. 

Tim pengacara koordinator Aremania, Azam Khan di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa mengatakan bahwa pelaporan tersebut dikarenakan komentar AA soal tragedi Kanjuruhan telah menyinggung perasaan dan membuat kegaduhan kepada Aremania, atau suporter Arema FC. "AA menyinggung perasaan dan membuat kegaduhan, karena dia menyebut Aremania maka klien kami yang merupakan salah satu koordinator Aremania melaporkan hal itu. Ini menyangkut ITE," kata Azam. 

 Azam menjelaskan, dalam unggahan video tersebut, AA telah menyebut Aremania berperilaku seperti preman dan bersikap jagoan pada saat terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang tersebut. Selain itu, AA dalam video tersebut juga tidak mengucapkan rasa duka atau memberikan empati kepada para Aremania. 

AA juga dinilai memojokkan Aremania dalam sebuah video yang diunggah beberapa waktu setelah tragedi Kanjuruhan. "Dia main langsung tembak saja, seolah-olah mendiskreditkan Aremania. 

Dalam hal ini, Aremania disebut sebagai preman, sok jagoan dan sebagainya," ujarnya. Ia mengharapkan, dengan adanya laporan kepada pihak kepolisian tersebut, ia berharap proses hukum bisa berjalan netral dan objektif. Laporan tersebut diharapkan bisa memberikan rasa keadilan bagi Aremania.

 "Jadi apapun alasannya proses hukum terus dijalankan. Tidak bisa tidak. Soal nanti klarifikasi, kita kembali pada klien kita," ujarnya. 

Sementara itu Kasat Reskrim Polresta Malang Kota AKP Bayu Febrianto Prayoga mengatakan bahwa pihak kepolisian telah menerima laporan dari tim pengacara salah satu koordinator Aremania tersebut. 

"Laporan sudah diterima. Masih harus kita dalami dan penyelidikan lebih lanjut," katanya. Pada Sabtu (1/10/2022), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. 

Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan. Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. 

Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata. Akibat kejadian itu, sebanyak 132 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang.


Sumber: tvOne
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita