Rezim Jokowi Panik

Rezim Jokowi Panik

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


OLEH: SYAFRIL SJOFYAN
REZIM Jokowi diserang. Dipermalukan. Oleh seorang hacker bernama Bjorka. Bjorka merupakan sosok yang menghebohkan warga internet (Netizen). 

Membuat pemerintah Indonesia kalang kabut. Rezim Jokowi panik. Konon rapat kabinet lengkap sengaja diadakan untuk membahas “ulah” Bjorka.

Kementerian Kominfo menyatakan aparat sedang memburu Bjorka dengan ancaman UU ITE. Bjorka balik “meledek” dengan membocorkan data pribadi beberapa menteri, termasuk Johnny Plate Menteri Kominfo.





Bjorka adalah hacker yang mampu menerobos sistem keamanan komputer atau jaringan komputer. Meretas situs terutama pemerintah situs Kementerian Kominfo, Kemendagri, KPU, BIN bahkan Istana.

Dia buktikan dengan menampilkan sample data yang dia retas dan jutaan data tersebut ditawarkan kepada yang berminat. Bjorka bukan becanda. Memberikan harga. Bisa saja membuktikan kemampuan dia yang luar biasa. Bjorka jadi trending topik.

Netijen bersorak senang. BuzzerRP dan Influencer RP bengong. Para pendukung bayaran rejim tergagap-gagap tidak berdaya. Jauh kemampuan mereka untuk sekadar menandingi.

Kepanikan rejim Jokowi tergambarkan dari saling tuding antar kelembagaan negara. Kementerian Kominfo menyatakan bahwa keamanan terhadap serangan siber atas ruang digital bukan tupoksi mereka, menjadi domain teknis Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

BSSN lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Langsung pula menjawab. “Itu menjadi tanggung jawab bersama.”

Bjorka juga mengklaim telah mengakses dokumen rahasia milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirimkan ke Presiden Jokowi. Walaupun sudah dibantah oleh jubir BIN. Tapi siapa tahu. Kemampuan yang telah dibuktikan oleh sosok misterius itu. Bisa saja mencicil menunggu momen.  Inilah yang membuat panik rejim Jokowi.

Kepanikan juga bisa membuat pejabat menjadi dungu. Pihak Kominfo meminta agar masyarakat menjaga data pribadi masing-masing. Lho?

Bagaimana reaksi Bjorka, yang entah dimana keberadaannya “… so i chose to be a martyr to make a change by slapping their face“ saya memilih menjadi martir untuk membuat perubahan dengan menampar wajah mereka" tuturnya via akun Twitter @bjorka.

Nah pandangan masyarakat? Kebanyakan malah mendukung. Tentunya bagi kalangan besar masyarakat yang sudah bosan dengan kebohongan para pemimpin. Terlebih melalui sosmednya  @Bjorka “mengajak” revolusi.

Rupanya tidak selamanya hacker identik dengan penjahat dunia maya. Ada kalanya jadi pahlawan. Dengan adanya fenomena @Bjorka. Semoga terjadi perubahan di Indonesia. 

(Penulis adalah pengamat kebijakan publik, Sekjen FKP2B, dan aktivis pergerakan 77/78)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita