GELORA.CO - Ahli forensik, Reza Indragiri mencurigai istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi melakukan malingering atau pura-pura sakit baik fisik atau mental untuk menghindari proses hukum. Sejatinya, tindakan itu tidak bisa dianggap sebagai penyakit mental atau psikopatologi, walaupun penyakit mental dapat disertai dengan tindakan malingering.
"Penting untuk jadi catatan tentang kemungkinan malingering atau perekayasaan berencana, baik terhadap kondisi fisik maupun psikis yang membuat orang sehat menjadi terkesan sebagai orang sakit," kata Reza Indragiri pada 20 Agustus 2022.
Apakah Itu Malingering?
Melansir dari WebMd, malingering adalah suatu tindakan di mana seseorang berpura-pura sakit untuk mendapatkan keuntungan. Penyakit yang pura-pura dapat berupa penyakit mental atau fisik. Malingering juga terjadi ketika seseorang melebih-lebihkan gejala suatu penyakit untuk tujuan yang sama. Malingering adalah suatu tindakan, bukan kondisi.
Malingering pertama kali digunakan untuk menggambarkan tentara yang mencoba menghindari dinas militer pada era 1900-an. Makna tindakan ini telah diperluas untuk mencakup mereka yang berpura-pura sakit karena alasan lain.
Alasan Malingering
Seseorang yang mengalami malingering dapat memiliki berbagai alasan untuk melakukan tindakan penipuan mereka. Alasan-alasan tersebut, yakni:
1. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pereda nyeri,
2. Mencari perhatian,
3. Menghindari wajib militer,
4. Mendapatkan cuti dari sekolah atau bekerja, dan
5. Menghindari tindakan hukum.
Selain alasan atau sebab seseorang melakukan tindakan malingering, terdapat pula tanda-tanda yang dimiliki oleh mereka. Melansir dari publikasi ilmiah berjudul Malingering and factitious disorder, tindakan malingering mungkin terjadi jika dua dari empat tanda berikut ini ada.
Orang tersebut berada dalam situasi medis atau hukum yang dapat diperbaiki dengan diagnosis tertentu.
Pengamat dapat melihat perbedaan antara apa yang orang klaim rasakan dan tanda-tanda fisik penyakit.
Subjek tidak mengikuti perawatan atau pergi untuk perawatan lanjutan.
Subjek memiliki gangguan kepribadian antisosial.
Namun, beberapa profesional kesehatan merasa tanda-tanda ini cacat karena memiliki beberapa kekurangan, sebagai berikut:
1. Tanda-tanda tersebut sudah ketinggalan zaman,
2. Tandanya tidak menunukkan data yang akurat. Menurut seorang peneliti, dengan tanda tersebut hanya menghasilkan standar akurasi sejumlah 20 persen,
3. Tidak adanya tingkat keseriusan yang tetap. Tanda ini menempatkan semua orang yang berpura-pura ke dalam satu kategori,
4. Tidak memiliki penilaian moral. Semua perilaku berpura-pura digambarkan sebagai buruk. Tindakan berpura-pura ini hanya sebagai adaptasi seseorang terhadap situasi yang tidak dapat diterima.
Sumber: tempo