GELORA.CO - Indonesia sudah punya empat angkatan TNI pada 1965, yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, termasuk angkatan Kepolisian. Terlepas dari keempat angkatan itu, Presiden Sukarno juga mengusulkan menghadirkan Angkatan Kelima, terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai.
Meskipun ada dugaan bahwa usulan tersebut merupakan gagasan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam hal ini, PKI mengusulkan karena merasa negara membutuhkan banyak relawan. Pasalnya saat itu situasi politik sedang bergejolak dengan memanasnya konflik di Irian Barat dan Ganyang Malaysia serta seruan revolusioner Sukarno.
Namun Subandrio dalam buku Kesaksianku Tentang G30S menyebutkan bahwa tujuan versi Bung Karno berbeda, yaitu membentuk Angkatan Kelima ialah untuk menampung bantuan senjata dari Cina karena empat angkatan lain sudah mencukupi persenjataannya. Dengan demikian, bantuan senjata gratis dari Cina bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Namun saat itu, Bung Karno belum bisa merincikan secara jelas bagaimana bentuk dari Angkatan Kelima tersebut. Dirinya hanya menyatakan bahwa Angkatan Kelima akan berbeda jauh dari Angkatan yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain, Angkatan ini menjadi pasukan istimewa yang akan berdiri sendiri tanpa terkait dengan angkatan lain.
Angkatan Kelima ini tidak jauh berbeda dengan Angkatan Darat (AD). Letnan Jenderal Ahmad Yani yang kala itu memimpin TNI AD bersama jenderal lain menentangnya. Padahal sebelumnya, dalam Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwi Fungsi ABRI, Ulf Sundhaussen menulis TNI AD menunda reaksi dan menyerahkan keputusan kepada Sukarno .
Akhirnya Bung Karno memanggil Panglima Angkatan Darat (KSAD) Ahmad Yani perihal persetujuan Angkatan Kelima yang dijadwalkan pada 1 Oktober 1965. Setelah melihat undangan tersebut Yani semakin optimis bahwa dirinya mungkin akan dicopot dari Menpangad, lantaran ketidaksetujuannya terhadap pembentukan Angkatan Kelima.
Ahmad Yani pernah mengatakan pemebentukan itu tidak efisien, pasukan sipil bersenjata sudah ada dalam wujud Pertahanan Sipil atau Hansip kala itu. Ahmad Yani menyebutkan bukan tidak mungkin angkatan kelima berbahaya bagi TNI AD itu sendiri.
Ucapannya itu cepat menyebar luas ke masyarakat. Entah mengapa, saat tragedi G30S, Ahmad Yani terbunuh beberapa jam sebelum ia bertemu Presiden Sukarno. Jika diperkirakan Ahmad Yani dibunuh sekitar pukul 04.00, berarti empat jam kemudian mestinya ia menghadap Presiden Sukarno .
Sejak saat itu, rencana pembentukan Angkatan Kelima pun tak pernah terwujud. Jika ada Angkatan Kelima pun, maka semestinya yang dipersenjatai adalah sukarelawan Dwikora yang hendak terjun dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Sumber: tempo