GELORA.CO -Hakim Agung Sudrajad Dimyati telah ditetapkan sebagai tersangka suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penangkapannya menjadi sorotan tajam mengingat ia menjadi hakim Mahkamah Agung (MA) pertama yang terjerat kasus dugaan korupsi.
Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, Sudrajad terciduk dalam operasi tangkap tangan atau OTT KPK beberapa waktu lalu. Hal itu pun mendapatkan kritikan menohok dari Wakil Khatib Syuriah PWNU Jakarta, KH Muzakki Cholis.
Muzakki menyatakan kekecewaannya terhadap mentalitas seorang Hakim Agung yang bisa disuap. Menurutnya, kepercayaan masyarakat sudah mulai luntur terhadap penegakkan hukum di negeri ini.
Apalagi, belakangan ini terdapat sejumlah kasus rasuah dan penyelewangan jabatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum (APH). Ia mencontohkan kasus Ferdy Sambo di kepolisian, Jaksa Pinangki yang dibebaskan hingga terbaru skandal dugaan suap Sudrajad.
"Setelah polisi terseret kasus Ferdy Sambo, kejaksaan terseret kasus Pinangki dan sekarang puncaknya Mahkamah Agung sebuah lembaga tinggi negara, penegak hukum, taruhan terakhir peradilan seluruh negeri. Sekarang oknumnya malah tertangkap OTT KPK. Ini memalukan!" kritiknya dalam keterangan yang diterima, Jumat (23/9/2022).
"Al-Hakim itu sifat Allah, mestinya Hakim itu wakil Tuhan di muka bumi. Wakil Tuhan itu harus bener dan merasa dekat dengan Tuhan, wakil Tuhan kok nyolong," lanjutnya secara menohok.
Muzakki melanjutkan, menolak pemberian uang memang bukan hal yang mudah bagi seseorang. Apalagi jika uang yang ditawarkan nominalnya mencapai miliar rupiah.
Walau begitu, menurutnya masih ada kaidah etik dan juga moral yang menjaga agar para penegak hukum tetap setia trrhafap keadilan dan kebenaran.
Dalam temuan KPK, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata membongkar dugaan suap itu berdasarkan pemeriksaan saksi. Mengejutkannya,Sudrajat diduga bukan hanya sekali dalam bermain perkara.
"Dari keterangan beberapa saksi yang sudah diperiksa dan juga bukti elektronik maupun dari hasil pemeriksaan sementara, diduga tidak hanya terkait dengan perkara yang kami sampaikan saat ini," jelas Alex dalam konferensi pers penahanan SD di gedung KPK, Jakarta pada Jumat (23/9/2022).
Mengenai itu, Muzakki menyebut penangkapan Sudrajad dan juga para penegak hukum merupakan bukti bahwa mafia dan kartel origaki telah begitu kuat ada di dunia peradilanIndonesia.
"Ini membuktikan bahwa mafia dan kartel oligarki semakin kuat. Jika mafia semakin kuat maka aksi rasuah atau korupsi semakin kencang," ungkap Muzakki.
Tokoh ulama NU ini juga turut merasa sedih saat mengetahui adanya campur tangan mafia dalam ranah penegakkan hukum. Menurutnya meski sudah sedemikian rupa sistem serta hukum yang dirancang, hal itu terkesan sia-sia jika praktik korupsi dalam peradilan masih dapat ditelusupi oleh para mafia.
"Sebaik apapun sistem hukum di Indonesia tetapi ketika mental para pengusaha dan penegak hukum rusak maka hukum akan rusak," lanjutnya.
Muzakki menilai penangkapan hakim agung itu sebagai simbol bobroknya hukum di Indonesia. Kredibilitas MA, lanjutnya, akan rusak dan akan diragukan tingkat kepercayaannya oleh publik jika para oknum yang diberikan amanah justru mengabaikan tanggung jawab moralnya itu.
"Mahkamah Agung benar-benar jadi Mahkamah Ancur. Saya berharap ketua Mahkamah Agung ikut diganti, tak becus mengawasi anak buah dan juga pesan saya untuk panitia penyeleksi hakim jangan memilih orang-orang yang bermental miskin," pungkas Muzakki.
Sebagai informasi, KPK menetapkan 10 orang menjadi tersangka dalam perkara ini. Selain Sudrajad Dimyati, mereka adalah hakim yustisial atau panitera pengganti MA Elly Tri Pangestu, PNS pada Kepaniteraan MA Desy Yustria, serta Muhajir Habibie dan PNS MA Nurmanto Akmal dan Albasri.
Kemudian ada pengacara Yosep Parera dan Eko Suparno, swasta atau debitur Koperasi Simpan Pinjam Intidana Heryanto Tanaka dan Ivan Dwi Kusuma Sujanto.
Dari 10 orang it, tujuh di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka dan langsung menjalani penahanan. Sedangkan tersangka lainnya yang belum ditahan adalah Ivan dan Heryanto.
Kasus tersebut terbongkar lewat operasi tangkap tangan atau OTT KPK yang digelar pada Rabu dan Kamis kemarin. Sudrajad diduga menerima suap untuk memenangkan gugatan perdata kepailitan Koperasi Simpan Pinjam Intidana di Pengadilan Negeri Semarang.
Sumber: suara