GELORA.CO - Gus Baha mengingatkan lisan diciptakan untuk menyampaikan kebenaran. Jika orang-orang saleh diam, maka dia bisa jadi setan yang bisu.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menjelaskan bagaimana lisan seseorang berpotensi memicu persoalan.
Pemilik nama lengkap KH Bahauddin Nur Salim itu menjelaskan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah jauh hari memberikan rambu-rambu tentang bagaimana seseorang mengatur dan menggunakan lisannya.
Salah satunya dalam sebuah sabdanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Amal yang paling disukai Allah adalah menjaga lisan.”
Gus Baha, sapaannya, melanjutkan bahwa dalam hadis tersebut, alih-alih menggunakan kata “diam”, Nabi menggunakan redaksi “menjaga lisan”.
Ia melihat bahwa sabda tersebut lebih menekankan kepada bagaimana seseorang mampu memanfaatkan dan menggunakan lisannya dengan bijak.
“Jadi, nabi tidak mengatakan diam, sebenarnya,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pendidikan Pengembang Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah tersebut.
Pemaknaan tersebut, menurut Gus Baha, dilihatnya sebagai dorongan kepada umat Nabi untuk berani menyampaikan kebenaran sekaligus melakukan resistensi terhadap kezaliman yang terjadi di muka bumi.
“Sementara (jika) yang saleh-saleh dengan alasan ‘diam itu selamat’ lalu mereka diam, itu malah kita berdosa. Yakin berdosa. Tidak akan kamu jadi wali. Kamu akan jadi setan yang bisu, karena akhirnya tidak bicara kebenaran,” jabar Gus Baha.
Lebih lanjut, Gus Baha mengatakan penggunaan lisan dengan bijak, justru akan mengisi ruang kehidupan dengan perkara yang benar. Mencontohkan kepada sesama untuk selalu berjalan di koridor kehidupan yang diridhoi Allah.
“Kayak apa bahayanya kalau orang batil mempromosikan kebatilannya, sedangkan yang haq (benar) diam saja,” kata santri kinasih almaghfurlah KH Maimoen Zubair itu.
“Dan Allah sudah mempertontonkan kita lewat hukum fisika. Misalnya, gelas kamu isi batu lalu diisi air. Ruang jatahnya batu tentu tidak akan terisi air karena sudah ditempati oleh batu. Sama halnya kalau kebaikan sudah mengisi satu ruang, maka ini tidak bisa digusur oleh kebatilan,” pungkasnya.
Sumber: herald