GELORA.CO - Kasus pembunuhan Brigadir Yosua yang direncanakan oleh Irjen Ferdy Sambo menyita banyak perhatian. Ini juga bisa jadi momen bersih-bersih di tubuh Polri.
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo punya pandangan sendiri soal kasus Ferdy Sambo dan keberadaan Satgassus Merah Putih yang juga jadi sorotan dalam kasus ini. Dia menilai, kasus ini tak sebatas soal kasus pembunuhan.
"Saya melihat ini ada pertempuran. Kenapa? Karena saya melihat ada yang ditembak, bukan tertembak. Berarti pertempuran," kata Gatot dalam diskusi KAMI yang disiarkan FFN TV, Kamis (15/9).
"Di intern polisi antara polisi yang bajingan, pengkhianat, pembunuhan, mengkoordinir judi dan tidak manusiawi, bahkan tidak masuk akal anak buahnya sendiri dibunuh dengan penuh kesadaran," tambah dia.
Ketua Presidium KAMI itu menilai, pertempurannya tentu dengan polisi yang profesional, bermoral, dan penegak keadilan.
"Dua ini yang sekarang sedang bertempur, dua kelompok ini yang sekarang sedang bertempur di kepolisian," ujar dia.
Melihat kondisi ini, Gatot meminta semua pihak untuk mendukung upaya Polri dalam melakukan pembersihan. Jangan lagi ada yang mengganggu profesionalitas Polri.
"Saya imbau kita semuanya beri kesempatan kepada Kapolri untuk membersihkan semuanya, jangan ganggu. Kalau kita enggak bisa membantu, doakan, agar polisi yang profesional yang punya jati diri yang membela rakyat menciptakan keadilan dan menjaga ketertiban masyarakat menang," tutur dia.
Gatot sempat ditanya soal polemik senjata Brimob yang dinilai tidak sesuai peruntukan dan akhirnya disita TNI. Dia tak bisa memastikan apakah senjata itu ditujukan untuk Satgassus, meski di tahun yang sama tim itu terbentuk.
Saat itu TNI menemukan 5.932 amunisi dan jenis senjata lain yang dibeli Polri dari luar negeri. Amunisi tajam tersebut mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak capai 400 meter.
Lalu, ada granat yang bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras.
"Senjata ini dipakai Satgas Merah Putih atau bukan ya tanya aja. Yang jelas senjatanya itu memang tidak hasil koordinasi, tidak diambil, diberikan kepada polisi, tetapi amunisinya gas air mata saja," kata eks KSAD itu.
"Amunisi yang bisa mematikan itu tidak diberikan tetapi disimpan di gudang Mabes TNI. Selama saya menjabat, selama saya menjabat saya pastikan tidak keluar dari gudang itu. Kalau setelah saya menjabat ya Wallahua'lam," tutur dia.
Sumber: kumparan