GELORA.CO - Menko Polhukam, Mahfud Md dalam keterangan persnya menyebutkan, motif kasus pembunuhan Brigadir J adalah sensitif dan hanya bisa dikonsumsi oleh orang dewasa. Pernyataan kata dewasa itu, membuat publik kemudian merujuk pada konten dewasa. Benarkah motif pembunuhan itu terkait sesuatu yang hanya bisa disimak oleh kalangan 18 tahun ke atas?
1. Mahfud Bilang Cinta Segi Empat
Motif pembunuhan Brigadir J yang menyeret eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka, terus mengundang polemik.
Apalagi, motif pembunuhan dalam kasus Brigadir J itu disebut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD sebagai motif yang sensitif dan untuk konsumsi orang dewasa.
Dalam program acara Satu Meja The Forum KOMPAS TV, Rabu malam, 10 Agustus 2022, Mahfud menjelaskan soal maksud kata “sensitif dan dewasa” tersebut.
“Kalau motif, biar dikonstruksikan oleh polisi, jangan (nanya) ke saya. Karena menurut saya, ini sensitif,” ungkapnya.
Mahfud bilang, motif pembunuhan itu sensitif, karena sejumlah hal yang disebutnya menjadi terduga penyebab, seperti pelecehan seksual, perselingkuhan, hingga perkosaan.
“Pertama, pelecehan. Pelecehan itu seperti apa, apakah membuka baju atau apa? Nah, ini kan untuk orang dewasa,” kata Mahfud.
“Kedua, katanya perselingkuhan empat segi, itu siapa yang bercinta dengan siapa. Dan terakhir, muncul karena perkosaaan. Usaha perkosaan, lalu ditembak. Itu kan sensitif,” lanjutnya.
Karena itulah, Mahfud mengaku dirinya tak akan membuka ke publik soal motif penembakan Brigadir Yoshua. “Jadi yang buka jangan saya, biar polisi saja, karena uraiannya panjang. Nanti polisi yang membuka ke publik, kemudian jaksa yang membuka di pengadilan. Kalau tanya ke saya, nanti malah salah,” papar Mahfud.
2. Isu Cinta Sesama Jenis Menyeruak
Saat inafis Polri menggeledah rumah Ferdy Sambo yang dihuni para ajudannya, termasuk Brigadir J, turut hadir ketua RT setempat, Ahmad Nurzaman. Penggeledehan pada Selasa, 9 Agustus 2022, sekira pukul 15.30 WIB itu, untuk mencari bukti pembunuhan Brigadir J.
Dia ikut menyaksikan penggeledahan di rumah Ferdy Sambo di kawasan Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan itu.
Awalnya, Ahmad Nurzaman mengaku kaget saat mengetahui rumah tersebut milik Ferdy Sambo. Pasalnya, Sambo tak pernah melapor kepadanya selaku Ketua RT.
Saat mengitari isi rumah Ferdy Sambo, Ahmad Nurzaman sempat merasa heran. Pasalnya, ia menemukan dan melihat dua benda tak terduga di dalam rumah tersebut.
Selama empat jam penggeledahan, Ahmad Nurzaman, menemukan foto mengejutkan di dinding. Foto sosok tak asing yang kini sedang ramai diperbincangkan.
Ahmad Nurzaman mengaku sempat melihat dua foto Ferdy Sambo di rumah tersebut. Foto tersebut masing-masing berisikan foto Ferdy Sambo seorang diri dan foto Ferdy Sambo bersama seorang ajudannya.
Melihat dua benda di rumah Ferdy Sambo, Ahmad Nurzaman mengaku heran. Karena, ia tidak melihat ada foto Putri Candrawathi, istri Ferdy Sambo di rumah tersebut.
“Begitu saya lihat fotonya, kok ada foto dia (Ferdy Sambo dan Brigadir J). Saya heran. Di bagian ruang dalam, ada dua di sini, di luar sini saling berhadapan, sama lampu kristal terang. (Foto) yang sendiri (Ferdy Sambo) ada, yang bareng ajudan ada. Cuma kalau (foto) istrinya enggak ada,” kata Ahmad Nurzaman.
Ahmad Nurzaman tidak mengenal Sambo. Dia juga baru tahu kalau di lingkungannya ada jenderal yang tinggal. Sebab selama ini, Ferdy Sambo tidak pernah melapor atau mendatanginya.
“Mereka ini eksklusif sifatnya. Karena yang punya rumah ini enggak pernah laporan ke RT. Yang jual rumah juga, habis dia menjual rumah, enggak permisi lagi sama RT, enggak dikasih tahu siapa yang beli,” kata Ahmad Nurzaman, Rabu, 10 Agustus 2022 lalu.
Atas temuan itu, lantas menyeruak isu hubungan cinta sesama jenis. Hubungan cinta sesama jenis ini ramai diperbincangkan di media sosial, termasuk Twitter. Seperti diungkap akun @kr1t1kp3d45_pro sambil mencantumkan tangkapan layar berita temuan ketua RT tersebut, “Bisa Jadi LGBT ‼️⁉️”
“Waduh.. kagak heran mah.. suka sesama jenis kan cenderung pskopat..,” cuit @JondresyT.
“Jadi bs d analogikan bahwa FS cemburu Krn kedekatan brigadir J dgn ibu PC Krn FS sendiri juga menyukai brigadir J 🤭,” timpal @andryan1453.
“Bung Mpud jelas sdh tau….kalau di umumkan ke publik kalau FS macam ryan jombang keknya gk mungkin,” ungkap @RadenNingrat99.
Apakah ini yang dimaksud Mahfud sebagai konten dewasa?
3. Mahfud Sebut Lebih Menjijikkan dari yang Diketahui Puublik
Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, kini masih terus bersuara terkait kasus kematian Brigadir J.
Mahfud MD memang tak terang-terangan menguliti kasus yang mencoreng citra kepolisian ini, namun ia sedikit memberi angin segar kepada masyarakat.
Memang, kasus kematian Brigadir J ini, terus dipantau masyarakat Indonesia. Itu agar tak ada lagi hal yang ditutupi oleh kepolisian dan pihak yang bersangkutan.
Kala menjadi bintang tamu podcast Deddy Corbuzier, Jumat, 12 Agustus 2022, Mahfud MD sedikit mengulik skenario mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
Mulanya, ia mengungkapkan dugaaan adanya ‘jebakan psikolgi’ oleh Ferdy Sambo guna mendukung skenario tembak-menembak yang sudah dirancang.
“Satu ke Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional), Hari Senin Kompolnas diundang Ferdy Sambo ke kantornya. Hanya untuk apa? Hanya untuk nangis-nangis di depan Kompolnas,” ujar Mahfud dalam YouTube Deddy Corbuzier.
Mafud mengatakan, Ferdy Sambo sengaja melakukan hal itu untuk upaya prakondisi, yang membuat dirinya terkesan sebagai orang yang teraniaya.
Ferdy Sambo merasa menjadi pihak yang dirugikan, karena istrinya dilecehkan, menurut skenario awal.
“Saya (Ferdy Sambo) teraniaya, kalau saya sendiri ada di situ saya tembak habis dia katanya gitu,” lanjut Mahfud menirukan ucapan Ferdy.
Kemudian Mahfud menjelaskan, Ferdy tak hanya mendatangi Kompolnas namun ada beberapa pihak lain.
Ada beberapa anggota DPR yang juga dihubungi Ferdy Sambo, namun saat dikonfirmasi tak bisa dihubungi.
“Ada juga tu anggota DPR, dia hubungin, namun pas ditelepon enggak diangkat,” terang Mahfud.
Mahfud mengatakan, dirinya awalnya hanya memantau semua yang terjadi. Namun, ia merasa banyak kejanggalan dalam kasus ini.
“Nah itu kan skenario yang sudah dituliskan ya, jadi pas saya mendengarkan cerita, saya ajak Kompolnas untuk mengubah perspektif karena tidak masuk akal,” terangnya.
Sebagai orang yang memiliki jabatan, Mahfud juga mencoba bertanya kepada pihak lain yang sudah berkomunikasi dengan Sambo dan istrinya.
“Kemudian, saya juga mencoba untuk bertanya kepada Komnas HAM, usai Sambo dan istri diperiksa, namun belum mendapatkan jawaban yang pas,” bebernya.
Mahfud menyebutkan, kasus ini termasuk kasus besar dan cukup sulit untuk diugkapkan.
“Saya udah tanya kan sama Komnas Ham, ‘Apa yang terjadi’, tapi ya mereka bilang pelecehan, karena sulit ya mereka bilang sulit memeriksa Sambo dan Istri, sulit disentuh,” ujarnya.
“Setelah dibentuk tim baru bisa disentuh, itu pun tidak langsung,” sambungnya.
Oleh karena itu, hingga kini motif perlakuan Ferdy Sambo pun belum dijelaskan ke khalayak luas.
“Jadi motifnya kan belum ada yang tau sampai sekarang, biar nanti di buka dipengadilan,” ujar Mahfud.
Sebagai Menko Polhukam, Mahfud MD ternyata juga sempat dinilai terlalu ikut campur, namun ia tak peduli karena berniat ingin menunjukkan kebenaran.
“Nah kemudian saya di bilang terlalu ikut campur, tidak, saya hanya mencoba untuk menunjukkan yang benar,” tegas Mahfud.
Karenanya, Mahfud MD mendorong pihak terkait untuk melakukan beberapa cara agar kasus ini bisa selesai dengan sebenar-benarnya.
“Maka saya arahkan coba untuk autopsi ulang, ‘Polri autopsi ulang’, lalu Polri bilang tidak ada autopsi nanti saja,” paparnya.
Kemudian pria 65 tahun itu melanjutkan, jika tak melakukan autopsi ulang, maka kepercayaan publik akan hilang.
“Jadi saya bilang, itu jika tidak diautopsi ulang , maka kepercyaan publik akan hilang, akhirnya autopsi ulang,” ujarnya.
Kemudian Deddy Corbuzier penasaran, apakah semua hal yang terjadi atas perintah Menko Polhukam?
Dengan tegas Mahfud menyangkal. Menurutnya, ia hanya memberi dorongan sesuai dengan usulan publik yang dinilai masuk akal.
“Berarti ini semua atas perintah pak Mahfud?” tanya Deddy Corbuzier.
“Oh tidak saya hanya memberikan usulan yang juga diambil dari usulan masyarakat yang masuk akal,” jawabnya.
Mahfud menjelaskan, jika masih banyak pihak yang ingin menutupi kasus ini, sebab takut namanya ikut terseret.
“Kemudian masih ada saja yang menutupi, ada yang bilang hasil autopsi tidak boleh dibuka saya jawab, ‘siapa bilang’ ? Boleh saja dibuka itu ke publik, akhirnya dibuka,” terangnya melanjutkan cerita.
Deddy penasaran dengan nama–nama yang akan ikut terseret dalam kasus ini.
“Ini kalau dibuka sejujurnya, nanti akan ketahuan lagi yang lain lagi, itu gimana?” tanya Deddy.
Mahfud menjawab, jika dalam kasus ini sudah ada 31 nama yang ikut terseret.
Namun, Mahfud menyentil jika kasus judi, narkoba dan lainnya juga diungkap maka akan banyak lagi nama baru.
“Kalau di kasus ini terorganisir ada 31 nama saja, jangan melebar kemana-mana,” paparnya.
“Jangan melebar ke judi, narkoba dan lainnya. Kalau itu nanti ada lagi, banyak itu,” sambungnya sembari tertawa.
Ia juga menyebutkan, dirinya sudah mengetahui fakta dari kasus ini, namun memang bukan kewenangannya untuk membongkar.
“Wah kalau mas Deddy tau yang lebih dalam, sensitif itu lebih parah lagi, makanya saya bicara yang udah diketahui publik saja,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan jika laporan pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi sudah bisa dicabut.
“Sebenarnya sudah cukup jelas, pelakunya bukan Bharada E, dia hanya diperintahkan oleh beberapa orang yang saat itu ada di situ, kan berarti harusnya laporan pelecehan sudah tidak ada,” terangnya.
“Mungkin laporan pelecehan akan dicabut, di-SP-3, kan yang dituduh juga udah ditembak mati,” sambungnya.
“Laporan pemeriksaan itu yang mengerikan campur menjijikkan jugalah,” tandasnya. Mungkinkah yang dimaksud menjijjikkan ini adalah hal sensitif yang hanya bisa dikonsumsi orang dewasa?. (*)
Sumber: herald