GELORA.CO - Pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa soal 'amplop kiai' dalam pidatonya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu dinilai merendahkan martabat atau bahkan menghina para kiai.
Pada awal pidato saat pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP di KPK, Suharso menceritakan tentang pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pesantren guna meminta doa dari beberapa kiai.
"Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di WhatsApp, Pak Plt, tadi ninggalin apa nggak untuk kiai?" kata Suharso.
Suharso bahkan sempat bertanya apakah setiap berkunjung ke para kiai harus meninggalkan cinderamata seperti sarung, peci atau Al Quran, namun setelah dijelaskan bahwa harus ada pemberian uang untuk kiai dan pesantren.
"Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu, enggak ada amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar," kata Suharso.
Pernyataan tersebut mendapat kritikan dari berbagai pihak, termasuk dari pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Gus Miftah menilai pernyataan Suharso itu merupakan bentuk penghinaan terhadap kiai dan pondok pesantren.
"Statemen anda sangat menghina Marwah kiai dan pondok pesantren. Dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kiai, dengan salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kiai," kata Gus Miftah dalam akun Instagramnya, @gusmiftah, pada Kamis (18/8).
Sumber: rctiplus