GELORA.CO -Harga minyak mentah dunia terus melambung. Jenis Brent naik 2,3 persen menjadi 99.60 dollar AS per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 2,42 dollar AS atau 2,6 persen menjadi 94,34 dollar AS per barel.
Dengan fakta yang demikian itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa, harga minyak dunia tersebut jauh di atas asumsi APBN 2022 yang hanya 63 hingga 70 dollar per barel.
"Sekarang harga minyak dunia rata-rata dari Januari sampai Juli US$105 per barel. Hari ini kalau US$100 per barel subsidi kita itu bisa mencapai Rp500 triliun. Tetapi kalau harga minyak per barel di US$105 kemudian dengan asumsi kurs dollar APBN rata-rata Rp14.750 dan kuota kita dari 23 juta kilo liter menjadi 29 juta maka terjadi penambahan subsidi," kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/8).
Bahlil membocorkan bahwa saat ini, hasil perhitungan sementara menunjukkan, anggaran yang dibutuhkan untuk subsidi BBM mencapai Rp500 triliun-Rp600 triliun
Ia mengatakan kalau ini terjadi APBN lama-lama akan bermasalah. Pasalnya anggaran Rp500 triliun-Rp600 triliun mencapai 25 persen dari total APBN.
"Jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat. Rasa-rasanya sih untuk menahan terus harga BBM seperti sekarang, feeling saya (tidak kuat). Ini tidak sehat. Mohon pengertian baiknya. (Jadi) harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," katanya.
Kuota BBM subsidi memang hampir jebol. Berdasarkan data dari Pertamina penyaluran BBM subsidi jenis pertalite telah mencapai 16,8 juta kiloliter (kl) hingga Juli 2022. Artinya kuota pertalite hingga akhir tahun hanya tersisa 6,25 juta kl dari total kuota yang ditetapkan tahun ini, 23,05 juta kl.
Lalu, penyaluran BBM subsidi jenis solar telah mencapai 9,9 juta kl hingga Juli 2022. Dengan demikian, sisa kuota solar hingga akhir tahun hanya tersisa 5, juta kl dari total kuota 15,1 kl.
Sumber: RMOL