OLEH: ILHAM BINTANG
AKHIRNYA kesampaian juga shalat di Masjid Raya Melbourne, masjid terbesar di Ibukota negara bagian Victoria, Australia, Sabtu siang (14/5). Saya tiba di lokasi baru sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Waktu Dzuhur di sini pukul 12.00, sehingga tidak bisa ikut salat berjamaah.
Kami bertemu beberapa jamaah yang juga baru tiba dan saya didaulat mengimami. Hujan baru saja berhenti di lokasi Masjid megah yang baru dua bulan lalu diresmikan pemakaiannya. Menambah dingin cuaca 13 derajat celcius. Burung jalak terus saja berkicau keras seakan menyambut kami.
Masjid terbagi atas dua lantai (1.200 m2) yang dibangun di atas lahan 5.000 m2. Halaman parkirnya luas, termasuk basemen, bisa menampung sekitar 200 mobil. Lantai 2, Mezanin, khusus untuk jemaah wanita. Akses ke lantai itu menggunakan tangga dan satu elevator atau lift.
Warna abu-abu mendominasi sekeling bangunan masjid termasuk karpet dasarnya. Pembagian bangunanya rapi tetata mulai teras dan lobby yang luas. Toilet dan ruang wudhu terpisah, dilengkapi wastafel.
Lokasi masjid ini di Whyndam, Melbourne Barat, sekitar 25 kilometer dari City atau CBD (pusat kota) Melbourne.
Perjalanan dari City ke sana sekitar 45 menit menyetir sendiri mobil ditemani istri dan putri bungsu yang bekerja di Melbourne. Itu sudah termasuk kagok-kagok sedikit di jalan karena banyak sekali rambu pembatasan kecepatan. Menghadapi jalan lengang mulus freeway sering tak sabaran untuk memacu kecepatan. Alhamdulilah kami bertiga merasakan shalat fardhu dan sunnah di masjid senilai Rp 85 miliar itu.
Salat Jumat di ruko
Saya sering ikut Salat Jumat di Melbourne, saat sedang berada di kota yang dibangun Ratu Victoria pada 1847 itu. Namun, ini salat pertama kali di dalam bangunan masjid. Sebelum ini salat Jumat di dalam hall atau bangunan ruko yang disewa warga Muslim setempat untuk beribadah. Karena tempatnya tidak begitu memadai, maka sering salat Jumat dilaksanakan dua sampai tiga shift atau tiga kloter.
Muslim 500 ribu jiwa
Berdasar data Dewan Islam negara bagian Victoria, Australia, sebenarnya ada sekitar 56 masjid di Melbourne. Sedangkan warga Muslim sekitar 220-ribu jiwa.
"Jumlah seluruh warga Muslim di seluruh benua Australia di atas 500 ribu jiwa. Tiap tahun meningkat," kata Nuim Khaiyat wartawan senior asal Medan yang sudah puluhan tahun mukim di Melbourne. Dari jumlah itu 70 persen tinggal di Melbourne dan Sydney.
Melbourne merupakan kota dengan jumlah warga muslim terbanyak di Australia. Peningkatan jumlah warga Muslim cukup mencengangkan di tengah fenomena Islampobhi di Australia. Yang mengidap itu bukan hanya warga Asing tetapi juga warga Indonesia dan sesama Muslim sendiri.
"Saya benar-benar heran pada keterbelahan warga kita menjadi Cebong dan Kampret. Tapi yang harus disyukuri itu tidak menghalangi peningkatan jumlah warga Muslim setiap tahun di Australia," ungkap Nuim.
Komunitas Indonesia sendiri memiliki 4 masjid yang tersebar di kota ini. Masjid Westall, Surau Kita, Masjid Baitul Ma’mur, dan Masjid Sunshine. Keempat masjid itu sekaligus tempat berhimpunnya Indonesian Muslim Community of Victoria. Semua kegiatan berdimensi Islami dilaksanakan oleh komunitas itu.
Dengan adanya Masjid ditambah dengan hall-hall dan ruko tempat beribadah, warga Muslim di Melbourne dapat merasakan kehangatan beribadah meskipun Islam merupakan minoritas di negeri Kanguru itu.
Rencana dari Jakarta
Kembali ke Masjid Raya Melbourne. Kesempatan untuk shalat di sana memang saya rencanakan sejak masih di Tanah Air. Seharusnya Jumat kemarin, tapi kami terkendala kendaraan.
Pembangunan masjid dimulai pada tahun 2008. Warga Tarneit, di lokasi itu, sudah lama merasakan kebutuhan tempat beribadah. Lebih satu dekade mereka menggalang dana untuk biaya pembangunan bekas lahan pertanian di wilayah Wyndham. Kini daerah itu pun berubah wajah menjadi kota baru dengan karakter khas tersendiri. Masjid itu terutama melayani populasi pendatang yang multikultural yang berkembang pesat di wilayah pinggiran kota.
Pada hari peresmiannya, ABC News memberitakan Presiden Pusat Islam Werribee Rifai Raheem tidak bisa menyembunyikan keharuannya. Dia merupakan salah satu relawan yang membantu pembangunan masjid. Ia bersana relawan lain ikut memotong rumput di lokasi saat masih lahan kosong.
Di komplek masjid, direncanakan juga membangun balai komunitas dan kompleks olahraga.
“Semua orang berpelukan dan mengekspresikan kesenangan mereka. Proyek dari 2008 ini merupakan pencapaian terbaik saya sepanjang masa yang saya miliki,” ucap Raheem seperti dikutip ABC News.
Seperti Raheem, warga lain bernama Ibrahima Diouf, ayah empat anak, sengaja pindah ke daerah itu hanya karena mau dekat dengan masjid dan sekolah Islam di seberang jalan.
"Sangat penting tetap terhubung dan memiliki tempat seperti ini,” ujarnya.
Menurut ABC pada waktu peresmian ratusan orang berkumpul di Masjid Agung Melbourne. Di sisi lain, orang -orang menunggu domba panggang di atas panggangan barbekyu dan balita melemparkan diri mereka ke permainan Bouncy Castle.
“Kami akan mengadakan acara kesehatan, menawarkan konseling, memberikan informasi, dan menyediakan kegiatan dan tempat bermain untuk anak-anak dan remaja,” ucapnya.
"Ini bukan hanya masjid untuk sekelompok kecil orang. Ini adalah masjid untuk semua orang,” katanya.
Setelah shalat, dan tur ke berbagai sudutnya, saya pun terharu ketika meninggalkan masjid ini. Di atas meja, di lobby, disediakan Al Quran sebagai souvenir. Ada juga masker, hand sanitizer, dan kit swab antigen. Free. Silahkan ambil bagi yang membutuhkan.
Allahu Akbar.
Melbourne, 14 Mei 2022.
(Penulis adalah wartawan senior)