GELORA.CO - Sikap putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangerep yang mengakhiri kerjasama dengan PT Wilmar dinilai berlebihan.
Hal itu berimbas pada keluarga Presiden yang diduga memiliki hubungan khusus di luar bisnis dengan Wilmar.
Sebelum komisaris utama PT Wilmar, Master Parulian Tumanggor ditangkap sebagai tersangka dalam kasus mafia minyak goreng, Kaesang telah memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan tersebut.
Wilmar diketahui menjadi sponsor untuk klub bola Persis Solo milik Kaesang Pangarep.
Namun, tak lama setelah Master Parulian Tumanggor ditangkap, Kaesang kemudian mengakhiri kerjasama dengan Wilmar.
Sikap Kaesang tersebut dinilai pengamat politik, Rocky Gerung menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap Wilmar.
Menurut Rocky, jika ingin memutuskan kerja sama harus menunggu putusan dari pengadilan.
Pasalnya, hingga saat ini pengadilan belum memutuskan bersalah terhadap Master Parulian Tumanggor. Komisaris utama Wilmar tersebut masih berstatus sebagai tersangka, bukan terdakwa.
"Kita mengerti, ini mau dapat headline juga karena langsung membatalkan kerja sama itu. Kalo Wilmar punya otak, dia bisa gugat balik itu dengan pikiran untuk apa membatalkan, wong Wilmar saja belum dinyatakan sebagai terpidana kok," kata Rocky Gerung dikutip dari Pikiran-Rakyat.com.
Langkah yang diambil Kaesang tersebut diduga karena ia ogah terseret dalam kasus yang melibatkan Wilmar.
"Jadi hal begini yang akhirnya putar-putar. Orang anggap ini hanya karena takut terseret maka membatalkan perjanjian tersebut. Mestinya biasa-biasa saja," ujar Rocky Gerung.
Kaesang dinilai memberikan reaksi berlebihan yang kemudian membuat keluarga Jokowi dianggap memiliki hubungan khusus dengan Wilmar di luar hal bisnis.
"Jadi reaksi yang berlebihan justru membuat orang menganggap kalau keluarga Presiden itu ada hubungan yang lebih dari sekadar bisnis dengan Wilmar. Ini analisinya akan sampai di situ," ucap Rocky Gerung. []