OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT
KASIHAN, pemudik 2022 menghadapi ekonomi yang berat karena kenaikan harga-harga pokok yang sudah dirasakan sejak awal Ramadhan 2022 kemarin.
Namun pemudik 2022 tetap berangkat pulang kampung karena sudah 2 tahun tidak mudik. Sedihnya lagi, di jalan saat mudik mereka harus berhadapan dengan kemacetan dan mahalnya tiket Tol dari Jakarta sampai ke kampung halaman.
Seharusnya pemerintah membantu mengurangi beban para pemudik 2022. Salah satu caranya adalah melalui menggratiskan jalan Tol beberapa hari sebelum dan sesudah peak arus mudik dan arus balik.
Menggratiskan jalan tol harus juga disertai dengan penerapan one way yang ketat. Misalnya one way ke luar Jakarta pada siang hari dan one way ke Jakarta pada malam hari. Tidak boleh hanya dari Jakarta ke Luar Jakarta saja one way diterapkan.
Amat salah bila memberlakukan one way di jalan tol, namun tarif tol tidak digratiskan. Penerapan one way sebelum lebaran dari Jakarta ke Jawa Tengah akan menimbulkan pelanggaran hak asasi bagi pengendara luar Jawa yang mau ke Jakarta.
Hal tersebut sangat merugikan bagi pengendara ranmor seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ingat, tol bukan milik satu penduduk di Kota Jakarta saja.
Seharusnya pemerintah sudah dapat mengantisipasi dengan overload-nya volume pengguna jalan tol saat hari-hari menjelang lebaran.
Kemacetan yang terjadi saat ini adalah bukti pemerintah, polisi, dan satgas mudik 2022 tidak cukup antisipatif dalam menghadapi kemacetan mudik 2022.
Apa yang dilakukan satgas mudik melalui rekayasa jalan tol dengan contraflow yang dimulai sejak 28 April tidak membantu banyak mengurai kemacetan. Hal ini disebabkan antusiasme mudik warga tidak disikapi dengan antisipasi dan perencanaan yang matang.
Insentif Tol akan Mengurai Kemacetan Mudik
Penerapan kebijakan mengratiskan jalan tol untuk periode tertentu tidak hanya membantu biaya mudik publik namun juga membantu mengurai kemacetan. Pemudik 2022 akan mengikuti jadwal mudik yang dirancang pemerintah bersamaan dengan jadwal menggratisan jalan tol tersebut.
Jadwal tol gratis diupayakan tidak saat peak volume mudik, namun sehari atau dua hari sebelum dan sesudah peak/puncak mudik. Hal ini merekayasa jadwal pemudik agar tidak terjadi kemacetan parah saat peak/puncak arus mudik dan arus balik.
Saat tol gratis harus diterapkan juga one way sistem sehingga tidak melanggar hak asasi warga yang merasa siap bayar untuk menggunakan tol di counter way. Publik yang siap bayar tersebut akan memilih jadwal dengan tol yang gratis.
Mereka bersedia menunda waktu sedikit namun mereka senang karena digratiskan perjalanannya. Ini adalah sebuah fair system yang baik.
Jumlah Pemudik 2022 akan Melampaui Estimasi Pemerintah
Setelah dua tahun tidak diperbolehkan mudik, lebaran tahun ini masyarakat sudah bisa mudik kembali. Pemerintah memperkirakan bahwa pemudik tahun ini berkisar 85 juta orang, tapi tentunya ada kemungkinan jumlahnya lebih besar dari 90 juta orang.
Hal ini tentu saja berpotensi menciptakan kemacetan yang panjang seperti yang terjadi di beberapa titik kemacetan saat ini seperti di tol gerbang Cikampek yang mulai mengular, tol Cikopo-Palimanan yang padat merayap.
Arus mudik yang masuk melalui Pelabuhan Bakauheni melalui Merak Banten terus meningkat. Hingga saat sudah sekitar 6.000 pemudik yang datang dari Pulau Jawa.
Artinya menjelang hari H kapasitas pemudik akan semakin besar dan potensi kemacetanpun akan semakin bertambah.
Jika kemacetan ini tidak direspon dengan cepat maka dikhawatirkan terulang kembali kejadian beberapa tahun lalu kemacetan yang membawa korban.
Untuk kelancaran mudik tahun ini sebaiknya Tol digratiskan. Ini akan sangat membantu meringankan beban para pemudik di tengah situasi kenaikan harga-harga.
Lebaran tahun ini cukup memprihatinkan. Para pemudik tahun ini tidak bahagia karena harus menghadapi banyak kendala bukan hanya kemacetan, tapi ada beberapa hal lain seperti kenaikan ongkos mudik yang mahal, masalah seperti efek vaksin booster yang bisa menyebabkan kondisi pemudik menjadi kurang fit/kelelahan yang tentunya sangat membahayakan terutama bagi pengendara.
Dan yang lebih memprihatinkan adalah mereka harus mudik saat harga-harga bahan pokok sedang naik.
Namun tentunya di tengah situasi mudik saat ini yang paling berbahagia adalah oligarki, terutama produsen dan distributor minyak goreng. Mudik tahun ini dipastikan mudik yang paling tidak membahagiakan bagi masyarakat.
Imbas pandemi yang masih melanda, kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak pro rakyat, oligarki yang bermain dari dalam dan luar pemerintah membuat ketimpangan ekonomi semakin tajam.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Dan hal ini sangat berpengaruh kepada situasi mudik tahun ini dengan multidimensi persoalan.
(Penulis adalah Pakar Kebijakan Publik)