GELORA.CO - Pertempuran Rusia-Ukraina telah memasuki minggu keempat, dan hingga saat ini negosiasi yang telah diupayakan kedua belah pihak masih berjalan alot.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (20/3) memperbarui permohonannya untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurutnya, negosiasi adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri perang tersebut.
"Saya siap untuk bernegosiasi dengannya," kata Zelensky kepada CNN.
"Saya pikir tanpa negosiasi kita tidak dapat mengakhiri perang ini," sambungnya.
Meskipun bersedia bernegosiasi, Zelensky telah dengan tegas memberi isyarat bahwa dia akan memberikan garis merah terhadap penyerahan Krimea, termasuk dua wilayah yang memisahkan diri dari pro-Moskow; Luhansk dan Donetsk.
Permintaan negosiasi datang setelah Rusia membombardir sebuah sekolah yang menampung sekitar 400 orang di kota Mariupol yang terkepung. Zelensky mengatakan, Rusia datang untuk menghancurkan dan membunuh Ukraina.
Sejauh ini, Zelensky kerap mengatakan bahwa Ukraina berhasil melakukan perlawanan sengit untuk memukul mundur Pasukan Rusia, dan di saat bersamaan Zelensky juga mendesak dunia internasional untuk membantu Ukraina
Selama wawancara dengan CNN, Zelensky mengatakan, jika hanya ada satu persen kesempatan bagi Ukraina untuk menghentikan perang, maka ia harus mengambil kesempatan itu. Semata agar bisa bernegosiasi dan berbicara dengan Putin.
"Dialog adalah satu-satunya jalan keluar. Saya pikir hanya kita berdua, saya dan Putin, yang dapat membuat kesepakatan tentang ini," kata Zelensky.
"Jika upaya ini gagal, itu berarti ini adalah perang dunia ketiga," ujarnya lagi, sebuah pernyataan yang berulang kali ia keluarkan, memperingatkan potensi konflik Rusia-Ukraina untuk berkembang menjadi perang global habis-habisan.
Sebelum invasi, Putin mengakui kedaulatan dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, Donetsk dan Lugansk. Hal yang membuat Zelensky murka dan berdiri menantang Rusia.
"Anda tidak bisa hanya menuntut dari Ukraina untuk mengakui beberapa wilayah sebagai republik independen," kata Zelensky.
Krisis di Ukraina, di mana Putin berusaha menghapus kecenderungan pro-Barat di negara bekas Soviet itu, telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, menurut laporan AFP.
Sumber: rmol