Vladimir Putin Pusing, Rp 4.300 Triliun Cadangan Emas dan Valas Milik Rusia Dibekukan

Vladimir Putin Pusing, Rp 4.300 Triliun Cadangan Emas dan Valas Milik Rusia Dibekukan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sanksi tegas ekonomi negara Barat terhadap Rusia tampaknya efektif.

Kini, Presiden Rusia Vladimir Putin sedang galau, sebab setengah cadangan berupa emas dan valuta asing (valas) milik negaranya dibekukan oleh negara Barat.

Sanksi ini diberikan negara Barat karena invasi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 1.

"Ini adalah sekitar setengah dari cadangan yang kami miliki,” ujarnya.

“Kami memiliki jumlah total cadangan sekitar 640 miliar dolar AS. Saat ini kami tidak dapat menggunakan sekitar 300 miliar dolar AS (sekitar Rp 4.300 triliun) dari cadangan ini," imbuh Siluanov.

Dikutip dari laman TASS, Senin (14/3/2022), ia menambahkan bahwa sebagian dari cadangan devisa Rusia dalam mata uang China.

Namun, negara-negara Barat saat ini sedang menekan China untuk membatasi perdagangan dengannya.

"Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke cadangan yang kami miliki dalam yuan. Saya pikir kemitraan kami dengan China akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai. Tidak hanya untuk mempertahankan, namun juga untuk melipatgandakannya pada kondisi saat pasar Barat ditutup," jelas Siluanov.

Siluanov menegaskan bahwa utang terhadap negara-negara yang kini memutuskan untuk 'tidak bersahabat' dengan Rusia itu akan dibayar dalam rubel.

"Tapi saya ulangi sekali lagi, utang yang harus kita bayar ke negara-negara yang tidak bersahabat dengan Federasi Rusia dan telah membuat pembatasan penggunaan cadangan devisa, ke negara-negara inilah kita akan membayar utang dalam rubel dengan nilai yang setara," tegas Siluanov.

Sementara itu, YouTube memutuskan segera memblokir akses di seluruh dunia ke saluran yang terkait dengan media yang didanai pemerintah Rusia.

Keputusan YouTube sesuai dengan kebijakan platform ini untuk melarang konten yang menyangkal dan meremehkan peristiwa kekerasan yang terdokumnetasi dengan baik.

Juru bicara YouTube, Farshad Shadloo mengatakan pemblokiran media Rusia sejalan dengan kebijakan tersebut.

YouTube telah lebih dulu memblokir saluran terkemuka Rusia yang didukung negara, yaitu Russian Today (RT) dan Sputnik di seluruh Eropa.

Media pemerintah Rusia menyebut pembatasan yang diberikan toko aplikasi dan layanan media sosial lainnya merupakan tindakan penyensoran terhadap media yang tidak dapat dibenarkan.

"Pemblokiran oleh YouTube tidak lain adalah serangan baru yang mengerikan terhadap salah satu prinsip dasar masyarakat demokratis, yaitu kebebasan pers," kata Sputnik dalam sebuah pernyataan pada Jumat kemarin, yang dikutip dari situs Reuters.com.

YouTube menolak untuk memberitahukan saluran mana saja dan berapa banyak yang telah mereka blokir secara global. YouTube juga menolak memberikan informasi mengenai apakah saluran yang diblokir tersebut akan dipulihkan.

Kebijakan YouTube menyatakan, saluran dapat diblokir secara permanen karena melakukan pelanggaran secara berulang, kasus penyalahgunaan berat atau karena adanya konten yang melanggar.

Para pekerja Google mendesak YouTube untuk mengambil keputusan memberikan hukuman tambahan terhadap saluran Rusia, karena saluran-saluran Rusia diduga menyebarkan informasi palsu mengenai kepemimpinan di Ukraina dan kematian warga sipil selama perang.

Sumber: wartakota
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita