Tidak Semua Pengungsi Ukraina Disambut Gembira, Pelajar Afrika di Kiev Mendapat Perlakuan Diskriminasi

Tidak Semua Pengungsi Ukraina Disambut Gembira, Pelajar Afrika di Kiev Mendapat Perlakuan Diskriminasi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Banyak negara yang membuka pintu untuk para pengungsi Ukraina di tengah ketegangan yang meningkat sejak hari pertama invasi Rusia. Namun, ternyata tidak semua pengungsi diterima dengan hangat.

Para pelajar asal Afrika yang tinggal di Ukraina mendapatkan perlakuan diskriminasi saat mereka hendak menyeberang ke Polandia. Mereka mengeluhkan sikap pasukan keamanan di perbatasan yang menandai para pelajar Afrika itu secara resial dan melarang mereka naik kereta api yang disiapkan untuk para pengungsi.



Laporan diskriminasi ini cukup menggemparkan di tengah seruan negara-negara Eropa yang berjanji akan menerima para pengungsi dari Uraina.

Ketua Uni Afrika (UA) dan Presiden Senegal saat ini, Macky Sall, dan Ketua Komisi UA Moussa Faki Mahamat, menyatakan keprihatinan atas laporan bahwa warga Afrika di sisi perbatasan Ukraina yang mencoba mencari perlindungan, ditolak menyeberangi perbatasan.  

Macky Sall dan Faki Mahamat mengatakan mereka mengikuti dengan cermat perkembangan di Ukraina dan menggarisbawahi bahwa semua orang memiliki hak untuk melintasi perbatasan internasional saat terjadi konflik. Dengan demikian, semua orang memiliki hak yang sama untuk menyeberang ke tempat yang aman dari konflik di Ukraina, terlepas dari kebangsaan atau identitas ras.

Faki Mahamat dalam pernyataannya mendesak semua negara untuk menghormati hukum internasional dan menunjukkan empati dan dukungan yang sama kepada semua orang mencoba menyelamatkan diri dari peperangan di negaranya.

Pada sesi khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Selasa, utusan Afrika juga berbicara keras tentang perlakuan buruk terhadap warga negara Afrika yang mencoba melarikan diri dari Ukraina.

Beberapa siswa Afrika turun ke media sosial untuk mengecam diskriminasi yang mereka derita. Mereka mengatakan pasukan sengaja melewatkan mereka untuk mendahulukan 'kulit putih' menyeberang ke perbatasan ke Polandia.

Mereka mengatakan mereka dipaksa menghabiskan berjam-jam dan berhari-hari dalam suhu beku tanpa makanan atau fasilitas sanitasi.

Sumber: RMOL
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita