HUSAIN Jamaluddin Akbar atau Syeikh Jamalludin Jumadil Kubra dikenal sebagai seorang mubaligh terkemuka, yang menyebarkan Islam di Nusantara. Dalam beberapa referensi, ia dilahirkan dan tumbuh besar di Bukhara, Rusia Selatan.
Dalam berbagai kitab sejarah dan babad Jawa, Syeikh Jamalludin Jumadil Kubra disebut sebagai leluhur Wali Songo.
Dalam Babad Cirebon disebutkan bahwa Syeikh Jamalludin Jumadil Kubra sebagai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan Ampel, dan Sunan Kalijaga.
Namun, jauh sebelum lahirnya wali songo, Syeikh Jamalludin pernah berdakwah di daerah Trowulan ibukota dari Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan Bhre Kertabhumi (Brawijaya V).
Dikutip dari buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, dengan kedatangan dan dakwah dari Syeikh Jamalludin dapat menambah kedamaian dan ketenteraman rakyat di ibukota Majapahit dan sekitarnya.
Banyak rakyat Trowulan yang tertarik serta terkesima dengan kharisma Syeikh Jamalludin hingga kebanyakan dari mereka berbondong-bondong menjadi mualaf dan memilih Islam sebagai keyakinan baru mereka.
Prabu Brawijaya V sebagai penguasa Majapahit pun terkesan, meski Prabu Brawijaya V tetap berpegang dengan 'agama lama'-nya (Budha), tetapi ia sangat menghormati terhadap jasa Sang Ulama, terutama dalam perbaikan akhlak-moral rakyatnya. Sebab, rakyat Majapahit banyak yang menjadi murid atau santri Syeikh Jamalluddin.
Jika ada api permusuhan di antara rakyatnya, maka Sang Ulama-lah yang mendamaikannya. Kemudian, jika ada yang hendak melakukan usaha makar terhadap kepemimpinan Raja, maka Sang Ulama-lah yang menjernihkan masalah.
Bahkan, jika ada pemuda lajang yang minta dicari kan jodoh pun, Sang Ulama pun tetap mau membantunya.
Begitulah peran Syaikh Jamalluddin Jumadil Kubra di tanah Majapahit, ia tergolong sebagai ulama yang berdakwah Islamiah di Jawadwipa pada masa paling awal.
Syeikh Jamalludin wafat dan dimakamkan kawasan Troloyo-Trowulan yang paling umum diakui dan paling sering kunjungi peziarah. []
Sumber: okezone