GELORA.CO - Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Muzayyin Arif mengomentari masalah penolakan yang dilakukan Nadhlatul Ulama (NU) terhadap Ustadz Firanda Andirja Abidin. NU Kabupaten Wajo melakukan aksi menolak kedatangan Ustadz Firanda.
Keluarga besar NU Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menganggap Ustadz Firanda adalah 'penceramah radikal'. Muzayyin Arif ingin persoalan ini disikapi secara bijak.
"Fenomena ini tentu saja perlu disikapi secara serius, sebab ini menyangkut wajah di Sulsel, apalagi ini kegiatan dakwah yang seharusnya disambut dengan suka cita," ucapnya kepada ERA, Sabtu (26/3/2022).
Muzayyin Arif yang merupakan alumni Universitas Islam Indonesia Jakarta ini mengatakan, Sulsel telah dikenal sebagai daerah yang religiusitasnya sangat tinggi. Sehingga dengan fenomena penolakan Ustadz disinyalir dapat mengubah pola pikiran masyarakat terhadap Sulsel.
"Sulsel dikenal sebagai daerah yang religiusitasnya sangat tinggi, banyak ulama besar dan pondok pesantren yang berkiprah. Karena itu masyarakat kita cinta dakwah," bebernya.
Pria kelahiran 1982 ini menginginkan adanya komunikasi antar pihak maupun lintas aliran keagamaan. Dirinya menekankan wajib adanya dialog terbuka tentang penolakan Ustadz Firanda.
"Perlu mendorong komunikasi antar pihak, lintas aliran keagamaan, melalui dialog terbuka dan tentu saja melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda). Menurut saya, MUI Sulsel bisa mengambil peran untuk menetralisir hal ini. Apalagi kepengurusan MUI sekarang kan lebih majemuk dengan mengakomodir ulama dari berbagai lembaga dan ormas," jelas Muzayyin.
Muzayyin ingin, agar MUI Sulsel sebagai institusi ulama hadir memberi solusi untuk masalah yang dihadapi Ustadz Firanda.
Sebelumnya dijadwalkan Ustadz Firanda Andirja Abidin akan menjadi salah satu pengisi kegiatan tabligh akbar dan silaturahmi dengan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
"Kami menolak kehadiran Ustaz Firanda Andirja di Kabupaten Wajo karena berpotensi terjadinya gesekan di masyarakat," kata Ketua GP Ansor Wajo Muhammad Ihwan, Kamis (24/3/2022).
Sumber: era