GELORA.CO - Misteri kehidupan kuno di Mesir mulai terungkap sedikit demi sedikit. Setelah menemukan gunung emas yang mengandung emas di Kongo Afrika Selatan (Afsel), kini para arkeolog telah menemukan sisa-sisa kota kuno di gurun Luxor yang diklaim sebagai penemuan terbesar yang pernah ditemukan di Mesir.
Arkeolog Mesir terkenal Zahi Hawass mengumumkan penemuan 'kota emas yang hilang' yang merupakan kediaman Raja Lembah legendaris di era kerajaan Firaun. Tim arkeologi mengatakan misi itu dilakukan oleh Dr. Zahi Hawass untuk menemukan kota yang hilang di bawah bukit pasir.
“Kota ini diperkirakan berusia 3.000 tahun dan berasal dari masa pemerintahan Amenhotep III, dan terus digunakan oleh Tutankhamun dan Ay. Banyak misi pencarian yang datang dari luar negeri sebelum gagal menemukan kotanya,” ujarnya.
Situs kota yang ditemukan diyakini sebagai pemukiman administrasi dan industri terbesar pada masa itu, terletak di tepi barat Luxor.
“Penemuan kota yang hilang ini adalah penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun,” kata Betsy Bryan, profesor Egyptology di Universitas Johns Hopkins dan anggota misi arkeologi, dalam sebuah pernyataan.
“Penemuannya akan memberi kita gambaran langka tentang kehidupan orang Mesir kuno ketika kekaisaran itu paling kaya,” katanya. Kota yang hilang adalah yang terbaru dari serangkaian penemuan arkeologi yang digali dalam beberapa bulan terakhir di seluruh negeri yang membawa wawasan baru ke dalam dinasti yang memerintah Mesir kuno.
Sebelumnya pada 2019, kereta yang digunakan Raja Firaun untuk mengejar Nabi Musa AS juga ditemukan. Pada 1988, seorang arkeolog bernama Ron Wyatt, mengklaim telah menemukan bangkai roda kereta tempur kuno yang berada di dasar Laut Merah. Ron Wyatt mengatakan bahwa bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam di Laut Merah tersebut digunakan saat mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Ron Wyatt bersama para peneliti lain juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda di tempat yang sama. Adanya temuan tulang belulang itu memperkuat dugaan kerangka bala tentara Pharaoh yang tenggelam di Laut Merah.
Penemuan ini didukung juga oleh hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang ditemukan. Para peneliti menyebutkan bahwa struktur dan kandungan tulang yang ditemukan telah berusia sekitar 3.500 tahun. Adapun kisah pengejaran Nabi Musa juga diperkirakan terjadi dalam kurun waktu yang sama, sekitar 3.500 tahun lalu.
Tidak hanya tulang yang ditemukan, ada benda lain yakni poros roda salah satu kereta kuda tentara Firaun yang kini telah berubah menjadi batu karang. Uniknya, dari beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan juga sebuah roda yang terdiri dari 4 buah jeruji yang terbuat dari emas.
Menurut perhitungan para ahli fisika, diperkirakan butuh tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2, atau setidaknya diperlukan hembusan angin yang sangat kuat, dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam).
Setelah kerajaan kota emas dan kereta ditemukan, banyak kalangan yang bertanya-tanya dimanakah tongkat Nabi Musa yang paling ikonik? Tongkat ini diketahui tidak pernah lepas dari Nabi Musa. Nabi kerap menggunakannya untuk melawan hal-hal buruk seperti sihir-sihir yang diberikan Firaun hingga membelah Laut Merah.
Hingga saat ini, beberapa oorang meyakini jika tongkat Nabi Musa bukanlah dongeng semata. Melainkan nyata namun tidak diketahui keberadaannya.
Beberapa dugaan muncul jika tongkat ini ada di dalam sebuah kotak bernama The Ark of The Convenant. Namun kotak ini juga belum pernah ditemukan siapapun sampai saat in.
Sumber: okezone