Hujan Selama Pelaksanaan MotoGP, Penonton: Mantra Pawang Hujan Tidak Berlaku

Hujan Selama Pelaksanaan MotoGP, Penonton: Mantra Pawang Hujan Tidak Berlaku

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pawang Hujan yang dimandatkan untuk memanipulasi kondisi cuaca sekitar Mandalika menjadi sorotan lantaran pentas utama Event MotoGP diundur karena turun hujan.

Pawang hujan tersebut sempat membuat bangku penonton riuh saat melakukan ritual di depan Peddock. Sedangkan penonton di tempat terbuka mengeluh motoGP harus diundur.

Banyak anggapan kemudian muncul prihal penggunaan pawang hujan yang kemudian dianggap tidak berfungsi. Bahkan ada yang menyebutnya sekedar atribut pelengkap Event skala International tersebut.

"Selama perhelatan GP, hari pertama hujan, hari kedua hujan, dan hari terakhir ini juga hujan. Kayaknya gak perlu ada pawang hujan menurut saya," cetus Ulwan Sulhi Zayyan.

Ia menyebut pawang hujan itu hanya dimanfaatkan untuk mensugesti penonton agar percaya bahwa memang.

Pernyataan Beqi Sulastri berbeda lagi, dia menyebut Pawang tersebut sudah Campah. Itu adalah bahasa Lombok yang berarti mantranya tidak berlaku atau tidak bisa digunakan lagi.

"Itu karena dia terlalu narsis, pawang itu gak biasanya diem-diem dan gak muncul dipublik," ungkap perempuan asal Loteng itu yakin.

Lebih nyentrik lagi ialah ucapan seorang penonton asal Banyuwangi. Ia menonton di tribun festival yang tidak memiliki atap dan becek saat hujan.

"Untung hujan, kalo tidak kan bisa goyah iman orang sini," guyon pria bernama Samsul Hadi itu.

Rara, sang pawang hujan sendiri ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa dirinya telat hadir. Ia juga menyebut dirinya sebelum itu diminta untuk membuat sejuk.

"Keluar ke kos-kosan mau masuk harus muter-muter dulu. Nah begitu aku berhenti di sana itu, mobil gak bisa masuk. Aku jalan, begitu jalan hujannya keduluan tumpah," sebutnya saat menjabarkan alasan kenapa sampai hujan turun.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita