Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan, setelah Satelit Republik Indonesia (SATRIA) 1 dengan kapasitas 150 Gbps, Selasa kemarin (15/3) pemerintah resmi menandatangani pengadaan Satelit HBS dengan kapasitas yang sama.
"Jadi satelit Indonesia ini salah satu yang terbesar di Asia," ujar Johnny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/3).
Johnny menerangkan, Satelit HBS akan digunakan untuk melengkapi kebutuhan layanan publik di Indonesia. Seperti melengkapi kebutuhan layanan satelit bagi titik-titik layanan publik di Indonesia
Bahkan menurut Johnny, satelit yang diproduksi oleh Boeing itu dapat digunakan untuk layanan telekomunikasi Indonesia serta kepentingan masyarakat ASEAN.
"Kepada saya disampaikan bahwa (satelit) backup tidak saja untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ASEAN dalam rangka kerjasama infrastruktur TIK ASEAN," jelasnya.
Dalam pertemuan dengan beberapa Menteri ASEAN, Johnny menjelaskan bahwa Indonesia lebih memilih jenis satelit HTS untuk menjaga independensi layanan satelit dalam hal kepentingan transformasi digital nasional.
"Namun juga agar Indonesia mendapat layanan internet yang lebih kompetitif dan lebih efisien," imbuhnya.
Lebih lanjut, mantan anggota DPR RI Fraksi Partai Nasdem ini berharap HBS bisa mengorbit sesuai jadwal pada kuartal pertama 2023. Johnny juga mengharapkan agar HBS dapat beroperasi dengan cepat.
Dengan demikian Indonesia akan memiliki dua jenis satelit. Satu buatan Thales Alenia Space Prancis, dan yang kedua buatan Boeing Amerika Serikat.
"Dua-duanya akan diluncurkan dengan roket pendorong Falcon 9-5500 milik perusahaan aerospace Elon Musk, SpaceX, dan diluncurkan melalui peluncuran Cape Canaveral di Florida," demikian Johnny.
Sumber: rmol