GELORA.CO -Pernyataan mengejutkan disampaikan Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya di hadapan sesi Majelis Umum pada Senin (28/2).
Dalam pidato yang berapi-api, Kyslytsya membandingkan invasi Rusia yang sedang berlangsung dengan Perang Dunia II dan bahkan menyarankan bahwa Presiden Vladimir Putin harus "bunuh diri" seperti yang dilakukan Adolf Hitler.
"Kami telah diminta untuk mengadakan sesi khusus darurat karena tingkat ancaman terhadap keamanan global telah disamakan dengan Perang Dunia kedua, atau bahkan lebih tinggi setelah perintah Putin untuk memperingatkan kekuatan nuklir Rusia. Sungguh gila," kata Kyslytsya, seperti dikutip dari AFP, Selasa (1/4).
"Jika (Putin) ingin bunuh diri, dia tidak perlu menggunakan senjata nuklir. Dia harus melakukan apa yang dilakukan orang di Berlin di sebuah bunker pada Mei 1945," tambahnya, mengacu pada peristiwa bunuh diri Hitler pada 30 April 1945.
Kyslytsya juga membuat komentar selama pertemuan yang membandingkan Rusia dengan "the Third Reich", sebutan yang digunakan untuk menggambarkan rezim Nazi Hitler.
Majelis Umum PBB mengadakan sesi darurat pada hari Senin untuk membahas invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina ketika pertempuran mencapai hari kelima. Ini adalah pertemuan ke-11 yang diadakan sejak tahun 1950-an.
Menyusul pernyataan Kyslytsya, duta besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya membantah bahwa negaranya berusaha untuk "menduduki Ukraina" dan sebaliknya mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk "de-militerisasi dan de-genosida" negara tersebut.
Nebenzya juga menuduh Barat "mendistorsi" konflik.
"Kami terus-menerus mendengar kebohongan, pemalsuan tentang penembakan tanpa pandang bulu di kota-kota Ukraina, rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak," tambah Nebenzya.
"Tentara Rusia tidak menimbulkan ancaman bagi warga sipil Ukraina, tidak menembaki daerah dan kota warga sipil di mana angkatan bersenjata Rusia telah mengambil kendali," ujarnya.
Pernyataan dari kedua duta besar datang pada hari yang sama ketika Ukraina dan Rusia menyetujui pembicaraan damai di sepanjang perbatasan Belarusia.
Sumber: RMOL