GELORA.CO - Rusia sudah melancarkan operasi militer ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Beragam senjata sudah digunakan oleh oleh Rusia untuk menyerang Ukraina dari darat, laut, dan udara.
Ada klaim dari pihak Ukraina bahwa Rusia sudah menggunakan bom vakum (vacuum bomb). Bom vakum ini berukuran biasa tapi skala penghancurnya lebih besar dari bom biasa, efeknya bahkan bisa langsung 'memanggang' manusia langsung di tempat.
Dilansir dari BBC, bom vakum memiliki muatan dua bahan peledak sekaligus. Bahan peledak ini meledak secara bergantian, menyebabkan efek domino yang lebih masif ketimbang satu ledakan sekaligus.
Peledak pertama akan melepas awan yang merupakan sejenis bahan bakar. Awan ini akan mencakup radius yang luas, dan masuk ke sela-sela bangunan.
Ledakan kedua adalah pemantik bahan peledak awan yang sudah menyebar tadi. Awan yang dipantik berubah menjadi bola api besar, menghasilkan gelombang ledakan. Ledakan tesebut dapat menghancurkan bangunan dan membunuh manusia yang ada di radius ledakannya.
Awan yang bisa merambat ke sela-sela bangunan dinilai efektif untuk menghancurkan pertahanan militer di bunker, gua, terowongan, dan semua bangunan tertutup.
Kenapa namanya bom vakum?
Ketika ledakan terjadi, semua material terlontar ke luar dalam waktu singkat. Dorongan ke luar tersebut mengosongkan sisi dalam ledakan, menciptakan kondisi tekanan rendah, atau hampa udara di dalamnya. Sehingga kemudian menghisap kembali udara yang ada di sekitar ledakan tersebut. Inilah asal nama bom ‘vakum’.
Selain dikenal dengan bom vakum, bom jenis ini juga dikenal dengan nama bom thermobaric, bom aerosol, atau peledak berbahan udara (fuel air explosive).
Bom ini ‘dikemas’ menjadi roket darat atau bom yang ditajuhkan pesawat. Bisa juga menjadi granat tangan, atau dimasukkan ke peluncur roket.
Klaim Rusia menggunakan bom vakum berasal dari Oksana Markarova, Duta Besar Ukaina untuk Amerika Serikat. Markarova mengungkapnya kepada reporter setelah pertemuan di Gedung Putih.
“Mereka (Rusia) menggunakan bom vakum hari ini, yang mana sebebarnya dilarang oleh Konvensi Jenewa” ujar Markarova, dikutip dari Independent (1/3).
Namun Duta Besar Ukraina tersebut tidak mengungkap di Ukraina bagian mana persisnya Rusia meledakkan bom vakum ini. Beliau menambahkan bahwa Ukraina akan terus bertahan meski kerusakan akibat Rusia sudah sangat besar.
Benarkah bom vakum dilarang?
Menurut laporan BBC, penggunaan spesifik jenis bom vakum tidak dilarang di hukum internasional mana pun. Jika digunakan untuk menyerang area dengan area padat sipil, sekolah hingga rumah sakit, maka penggunaannya tergolong kriminal perang berdasarkan Konvensi Hague 1899 dan 1907.
Bom vakum sudah digunakan oleh Jerman pada Perang Dunia 2. Pengembangannya dilanjutkan oleh Amerika ketika perang di Vietnam tahun 1960-an. AS menggunakan bom vakum ketika memburu Al-Qaeda di Afghanistan pada tahun 2001.
Rusia juga pernah menggunakannya. Human Right Watch mengutuk Rusia ketika menggunakan bom vakum di perang Chechnya tahun 1999. Militer Rusia juga menggunakannya ketika perang di Suriah.
Tahun 2007, Rusia dilaporkan melakukan pengujian terhadap bom vakum terbesar buatan mereka. Hasilnya adalah bom dengan ledakan terbesar non-nuklir, dengan ledakan setara 44 ton bom konvensional. []
Sumber: kumparan