Pembelian Indonesia atas Jet Tempur dari AS dan Prancis Senilai Rp200 triliun Disorot Media Asing

Pembelian Indonesia atas Jet Tempur dari AS dan Prancis Senilai Rp200 triliun Disorot Media Asing

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kesepakatan pembelian peralatan tempur antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan Prancis tidak hanya disorot media tanah air, tetapi juga surat kabar asing. 

Seperti diketahui, AS baru saja menyetujui rencana penjualan 36 jet tempur F-15 yang canggih dan dan peralatan utama sistem pertahanan (alutsista). Langkah itu datang pada Kamis, dengan nilai kesepakatan mencapai hingga USD 14 miliar (Rp200,9 triliun).

Keputusan Washington itu pun datang usai Indonesia menandatangani perjanjian serupa dengan Prancis, di mana Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meneken perjanjian  pembelian 42 jet tempur Dassault Rafale generasi 4,5 dengan negara tersebut.

Usai perjanjian pembelian alutsista itu dirilis, sejumlah media asing langsung menulis liputannya pada hari itu juga. Salah satunya termasuk media Timur Tengah ternama, Al Jazeera yang berbasis di Qatar. 

Dalam artikel yang ditulis Kamis (10/2), Al Jazeera mengungkap cukup rinci soal kesepakatan dan pembelian alat militertersebut.

Menariknya, dalam teras berita dan paragraf awalnya, Al Jazeera menyebut bahwa pembelian ini terkait dengan 'peralatan militer Indonesia yang sudah berumur' dan upaya Jakarta untuk 'memodernisasi' alat militernya.

Selain itu, dikatakan bahwa pembelian terjadi di tengah meningkatkannya ketegangan di Asia Pasifik, di mana China kerap menjadi pemicu kisruhnya hubungan dengan Asia Tenggara karena Laut China Selatan. 

"Indonesia tengah bergerak untuk meningkatkan armada angkatan udaranya yang menua dengan pesanan multi-miliar dolar untuk jet tempur canggih dari Prancis dan Amerika Serikat, di tengah meningkatnya ketegangan di Asia Pasifik.

"Kesepakatan untuk (membeli) 42 jet tempur Rafale Prancis diumumkan saat Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto bertemu dengan timpalannya dari Prancis Florence Parly di Jakarta.

"Prabowo mengonfirmasi kesepakatan telah dicapai untuk pembelian pesawat, dengan kontrak ditandatangani pada hari Kamis sehubungan dengan enam pembelian (unit jet) pada tahap pertama," kata Al Jazeera dengan teras beritanya yang berbunyi 'Indonesia, negara kepulauan dengan 17 ribu pulau ini, sedang memodernisasi militernya di tengah meningkatnya tantangan maritim dan regional.

Menurut Al Jazeera, kementerian pertahanan Prancis juga telah mengumumkan kontraknya dengan Indonesia. Dalam pengumuman itu, kementerian mengamini bahwa kontrak dengan Indonesia meliputi 42 jet dan senjata dengan nilai pembelian mencapai USD8,1 miliar (Rp116,2 triliun). Tak hanya itu, dikatakan bahwa Indonesia juga bakal memperoleh dua kapal serang diesel-listrik Scorpene.

Sementara itu, lanjut Al Jazeera, pemerintahan Biden juga menyetujui penjualan USD 13,9 miliar jet tempur canggih F-15, mesin dan peralatan terkait, termasuk amunisi dan sistem komunikasi ke Indonesia.

Dikatakan bahwa kesepakatan itu muncul mengikuti kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Jakarta pada pertengahan Desember, di mana saat itu, Washington memuji hubungan dekat AS-Indonesia. Dan meskipun ketika itu, ada kekhawatiran soal hak asasi manusia yang menunda penjualan senjata sebelumnya ke Indonesia, tambah Al Jazeera.

"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. 

"Sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuan bela diri yang kuat dan efektif," kata Departemen Luar Negeri (Deplu) dalam sebuah pernyatan, dikutip dari Al Jazeera.

Lebih lanjut, Al Jazeera menyinggung masalah soal posisi China yang semakin 'tegas' di Laut China Selatan yang disengketakan dan di Pasifik. AS dan negara-negara Barat lainnya telah memperkuat aliansi di kawasan itu seiring dengan tumbuhnya pengaruh China. Mereka pun telah menghidupkan kembali pengelompokan informal seperti Quad (NATO versi Asia) dan memperdalam hubungan dengan negara-negara di Asia Pasifik, yang mana beberapa diantaranya terlibat langsung dengan sengketa maritim dengan China.

Namun, menurut Al Jazeera, pernyataan dari Deplu AS tidak menyebut adanya China. 

Sementara diketahui, pakta keamanan AUKUS, di mana Australia akan memperoleh kapal selam bertenaga nuklir AS, berhasil memicu kemarahan di China. Akan tetapi, perjanjian itu juga menyebabkan kemarahan di Prancis yang kecewa lantaran kesepakatan kapal selamnya sendiri dengan Canberra tiba-tiba dibatalkan.

Sejak itulah, kata Al Jazeera, Prancis mulai bergerak untuk memperkuat hubungannya dengan mitra-mitra lamanya. Ini termasuk Jepang dan India, dan kemudian beralih ke negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, yang menurut Al Jazeera juga menimbulkan kekhawatiran tentang kesepakatan AUKUS.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, bagaimanapun, telah menyambut baik keputusan Indonesia untuk memilih 'keunggulan industri dari Prancis'. Macron juga mengatakan di Twitter bahwa kesepakatan untuk Rafale akan memperkuat 'kemitraan kedua negara'.

Hal senada juga diungkap oleh Eric Trappier, CEO pabrikan Dassault Aviation yang menjadi produsen Rafale. Menurut Trappier, kontrak antara Indonesia-Prancis telah 'menandai dimulainya kemitraan jangka panjang yang akan membuat Dassault Aviation dengan cepat meningkatkan kehadirannya di Indonesia'.

"Ini juga menunjukkan ikatan yang kuat antara Indonesia dan Prancis dan memperkuat posisi kepulauan terbesar di dunia itu (Indonesia) sebagai kekuatan utama di panggung internasional," kata Trappier, dikutip dari laporan Al Jazeera bertajuk 'Indonesia Beli Jet Tempur Prancis, saat AS Setujui Rencana Pembelian Jet F-15. []

Sumber: akurat
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita